![]() |
Sumber Foto: Pixabay |
Kini, tagar atau tanda pagar yang sedang viral di media sosial terkait keindonesiaan kian meluas. #IndonesiaGelap dan #AdilJokowi, misalnya, terus menggema. Bahkan, bukan hanya di medsos, keduanya berkumandang di alam nyata bersamaan dengan yang lainnya seperti lagu dari grup band Sukatani.
Lihatlah unjuk rasa terkini, mereka meneriakkan yel-yel tersebut. Dan, sebenarnya baik Indonesia Gelap, maupun lainnya, merupakan reaksi rakyat terhadap aksi para pejabat di Indonesia. Itu khususnya terkait sekali dengan keterpurukan negeri ini selama dipegang Joko Widodo dan kebijakan era Prabowo Subianto seperti efisien anggaran.
Akibatnya, Jamrud Khatulistiwa tidak secerah dulu lagi. Masa kini dan masa depan negeri yang sudah berdiri puluhan tahun ini gelap. Begitu suram. Kedaulatan rakyat di semua lini kehidupan sudah tidak ada. Kebebasan berpendapat pun sirna. Berani bersuara kritis dengan lantang, akan berpeluang besar masuk bui.
Lantas bagaimana mengatasinya? Apakah dengan revolusi? Jika kita menengok ke belakang, ada peristiwa unjuk rasa Juni 1987 di Korea Selatan, unjuk rasa di Lapangan Tiananmen Republik Rakyat China pada tahun 1989, dan unjuk rasa 1998 di Indonesia, contohnya. Dari peristiwa-peristiwa itu ada yang berhasil ada yang tidak.
Tentu saja keberhasilan dari unjuk rasa bukanlah kuasa rakyat, melainkan kehendak dan kuasa Tuhan Yang Maha Esa. Kita semua berharap Indonesia bisa cerah kembali. Semoga saja dengan unjuk rasa mahasiswa pada awal tahun ini dan berbagai upaya positif lainnya, akan membuahkan hasil yang manis.
Terpenting kita harus tetap semangat.