Tuesday, May 20, 2025

Perlukah Merawat Dunia Cetak?



Awal tahun 2000-an mesin tik sudah ditinggalkan, kecuali sekadar mengisi blangko kosong atau saat listrik padam. Orang-orang beralih ke mesin cetak yang dikenal dengan istilah printer. Meski demikian, pada waktu yang bersamaan, sebagian orang sudah memprediksi bahwa printer pun akan segera ditinggalkan. Betapa tidak? Saat itu pos elektronik atau yang lebih dikenal dengan E-mail kian marak digunakan. Bahkan, saya pribadi mengirimkan artikel ke surat kabar cetak dengan fasilitas ini. Mudah. Saya tidak perlu mencetak dan mengirimkan hasilnya ke kantor pos. Cukup duduk di dalam warung internet lalu mengirimkan salinan lunaknya. Beres. 

Dan, benar apa yang dipikirkan sebagian orang waktu itu. Kini, dunia cetak sudah semakin luas digantikan dengan kecanggihan teknologi. Buku cetak sudah banyak digantikan dengan buku elektronik, surat kabar cetak menjelma surat kabar daring, bahkan pengiriman berkas penting pun cukup lewat internet. 

Lantas bagaimana nasib dunia cetak? Meski kecanggihan teknologi tidak bisa dibendung, tapi tak serta merta menghapus dunia percetakan secara keseluruhan. Buku cetak masih diproduksi walaupun tidak sebanyak dulu, baliho cetak tetap dipajang dengan ukuran besar, dan brosur promosi produk juga masih disebarkan di pinggir jalan, misalnya. 

Video berikut sebagai contoh masih eksisnya dunia cetak di tengah maraknya kecanggihan teknologi digital. 







Monday, May 19, 2025

Masihkah Ada Kepedulian terhadap Dunia Sekitar?



Agaknya ini hanyalah pertanyaan iseng ketika hutan-hutan dibabat, persawahan dijadikan lahan perumahan, sungai-sungai dipersempit dan sebagian dimatikan, juga mengepulnya polisi udara setiap hari. 

Lantas, adakah yang masih bisa kita lakukan terkait fakta dalam realitas nyata itu? Sebagai rakyat biasa, hal pertama dan utama adalah menumbuhkembang kepedulian terhadap dunia sekitar. Sekecil apa pun kepedulian kita, akan menghasilkan kebaikan. Menyiram satu pohon, misalnya, menjadi amal kebaikan kita terhadap kelestarian bumi yang kian menua ini. 

Video berikut sekadar pengingat bagi kita semua akan hal tersebut. 
 


Thursday, May 15, 2025

Sang Ayah yang Menjalankan Wasiat Ayahnya



Ini adalah sebuah film pendek yang berdurasi sangat singkat. Mengisahkan seorang ayah yang menemukan selembar kertas putih di kamar ayahnya. Di kertas itu tertulis sebuah wasiat untuk menjaga sebuah lemari tua. Tanpa pikir panjang dirinya langsung menuju tempat lemari tersebut dan menjaganya. Anda dapat menyaksikannya di bawah ini. 


 

Sunday, May 4, 2025

Menyelamatkan Bahasa Minoritas yang Mendekati Punah



Pagi masih dingin. Sejumlah anak asyik bermain bola di tanah lapang. Tanpa rumput, tanpa alas kaki, dan tanpa wasit. Mereka bermain bebas. Teriakan mereka memecah keheningan. Anehnya bahasa yang anak-anak itu gunakan bukanlah bahasa ibu, ayah, dan kakek-nenek mereka. Ya, dengan kata lain bukan bahasa suku mereka. Padahal mereka tinggal di kampung. 

Cerita di atas hanyalah ilustrasi untuk menggambarkan situasi dan kondisi kebahasaan dalam kehidupan nyata. Sebutlah contohnya bahasa Dayak Berangas. Bahasa ini sebenarnya merupakan sub dari bahasa Dayak Ngaju. Bahasa Dayak Berangas tersebar di beberapa daerah di Kalimantan Selatan dan  Kalimantan Tengah. Persebaran itu bukan berarti meluasnya penggunaannya, melainkan para penggunanya bermigrasi untuk mencari penghidupan di daerah lain sebagai minoritas. 

Video di bawah ini menggambarkan suasana kehidupan orang Dayak Berangaa di Desa Podok, Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. 


Mereka bermukim dan bersosialisasi dengan suku lain. Kebanyakan adalah dengan Suku Banjar yang merupakan suku terbesar di Kalimantan. Hal ini ternyata membawa pengaruh hebat terhadap kebudayaan Dayak Berangas. Data terakhir menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Dayak Berangas semakin menyusut. Rata-rata hanya orang berusia empat puluh tahun ke atas yang menguasainya. Sementara anak-anak dan kaum mudanya lebih enggan menggunakan bahasa nenek moyang mereka sendiri. 

Keengganan tersebut tentu ada alasannya. Yang terkuat adalah karena mereka malu menggunakan bahasa ini. Dalam pikiran mereka, bahasa Dayak Berangas terkesan kasar. Mereka pun lebih memilih menggunakan bahasa Banjar. 

Fenomena itu tidak bisa dibiarkan jika kita menginginkan bahasa Berangas tetap eksis di bumi ini. Caranya bagaimana? 

Agaknya perlu perhatian serius dan sungguh-sungguh untuk hal tersebut. Cara yang digunakan haruslah berkelanjutan dan menarik. Bahkan, modalnya besar. Itulah sebabnya, pemerintah, dalam hal ini Pemda Kalimantan Selatan harus turun tangan. 

Wednesday, April 23, 2025

Setelah Kegelapan Ada Kecerahan

Ilustrasi: Pixabay



Indonesia dan gelap menjadi dua kata yang sangat viral belakang ini. Hal itu dikarenakan oleh kondisi negeri kita yang bisa dikatakan sedang tidak baik-baik saja. Sebutlah PHK besar-besaran karena adanya pabrik-pabrik yang tutup, lahan hutan yang kian menyempit, dan korupsi yang semakin merajalela. Ibaratnya kondisi sekarang bak sungai yang kotor. Dengan kata lain sedang terjadi antitesis dalam dialektika kehidupan. 

Itulah sebabnya, banyak orang yang berdemonstrasi dan bersuara kritis terhadap pemerintah. Semua itu tujuannya satu, yakni menggapai sintesis ideal untuk Indonesia yang cerah. 

Dan, yakinlah bahwa setelah kegelapan akan ada kecerahan. Seperti pepatah yang berbunyi,  "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian." Di bawah ini ada video yang menggambarkan kondisi tersebut. 


 

Wednesday, April 16, 2025

Kreativitas dalam Kesendirian

 

Ilustrasi: Pixabay

Ada berapa banyak pria atau wanita yang memilih untuk hidup sendiri atau melajang? Jumlahnya mungkin tidaklah sedikit. Atau sesering apa pasangan suami istri tidak bertemu karena kesibukan masing-masing? 

Kesendirian terkadang menyenangkan. Mungkin Anda pernah menikmati secangkir kopi sambil melihat panorama yang indah dengan embusan udara sejuk pagi hari. Sebagian yang lain bertafakur dalam sunyi, merasakan kedamaian yang hakiki. 

Itu semua tentang sendiri dan dari sana sering muncul ide-ide gemilang. Sebutlah seorang sastrawan melakukan kontemplasi batin seorang diri hingga terlahirlah karya sastra yang menghibur dan bermanfaat bagi banyak orang. Akan tetapi, hal itu tidak bisa menjadi dalil pembenaran seseorang untuk antisosial. Misalnya lebih memilih mengurung diri di kamar tanpa hidup bermasyarakat. 

Kesendirian yang kreatif adalah upaya untuk menghadirkan diri sebagai pribadi berkualitas dalam bersosial. Di bawah ini adalah gambaran  seseorang yang hidup sendiri dan menghasilkan kehidupan bahagia. 




Monday, April 14, 2025

Pembuang, Pemungut, dan Pengangkut Sampah

Ilustrasi : Pixabay

Sampah dibuang lalu ada yang memungut. Setelah terkumpul, barulah diangkut ke tempat pembuangan sampah yang lebih luas. Rangkaian itu terjadi setiap hari. Bayangkan, setiap tahun ada berapa kali peristiwa tersebut terjadi. Dan, polanya tidak berubah. 


Jika pun mengalami perubahan, lebih kepada jumlah sampah yang dibuang. Bisa lebih sedikit atau sebaliknya. Alhasil, masalah sampah tidak pernah terselesaikan. Bahkan, kian menambah beban bumi. Betapa tudak? Tempat untuk menampung sampah sebagian sudah tidak layak sehingga mau tak mau harus ada tempat baru untuk menampung sampai-sampah tersebut. Lahan ideal pun kia  menyempit. 

Ini sebenarnya tak lepas dari pengelolaan yang  difokuskan di pembuangan. Pihak pengelola yang dalam hal ini adalah pemerintah lebih menitikberatkan pada prilaku masyarakat menjaga kebersihan lingkungan. Sebutlah contohnya larangan membuang sampah sembarangan. Terkadang diikuti dengan penyediaan tempat sampah, terkadang pula sekadar larangan. 

Nah, sayangnya tidak serta-merta dilanjutkan pada pengolahan sampah. Misalnya sampah sayuran diolah menjadi pupuk organik, limbah plastik menjadi bahan bakar murah meriah, dan botol-botol kaca dipakai ulang setelah dilakukan sterilisasi. 

Pengolahan ini perlu dalam pengendalian sampah yang jumlahnya tidak sedikit. Kalau sampah-sampah tersebut diolah hingga bermanfaat untuk kehidupan, tentu tidak akan terjadi peristiwa ledakan sampah, sebutlah yang saat ini terjadi di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Ya, singkat kata, kebersihan terjaga dan hidup menjadi lebih bermakna.