Mahmud Jauhari Ali
"Berpuisi, kita
bahagia!"
Bagi sebagian orang
moto itu mungkin sangat menyejukkan. Bagi sebagian lainnya bisa jadi hanyalah
hal yang biasa. Sedang bagi yang lainnya lagi, barangkali menganggapnya sebagai
jargon yang berlebihan. Lalu termasuk yang manakah, Anda? Atau malah di luar semuanya?
Jujur, moto di atas
bagi saya pribadi terasa sangat menyejukkan. Agaknya memang demikianlah adanya
bagi pencinta puisi seperti saya. Dan percayakah Anda, dengan berpuisi, kita
sebenarnya berusaha menuju kebahagiaan hidup? Secara mudahnya begini, berpuisi
adalah mengekspresikan segala yang ada dalam pikiran dan perasaan pada saat
membuatnya. Ini sebuah inti dari kebebasan yang berseni. Yakni, sebuah
keindahan yang tidak hanya dinikmati penyairnya, tetapi juga oleh para pembaca
atau penikmatnya. Dengan kata lain, bahasa puisi merupakan bahasa kebahagiaan.
Beban yang tadinya menumpuk akan berkurang. Bahkan, tak jarang penyair juga berpuisi
kepada Tuhannya. Yang terakhir tadi bisa berisi doa dan lainnya sebagai
komunikasi batinnya kepada Sang Pencipta. Sang Pemberi Kebahagiaan. Alhasil,
jiwa menjadi tenang dan bahagia.
Pertanyaan selanjutnya
ialah, apakah semua orang mampu berpuisi? Sebelum menjawabnya, tentu ada
baiknya kita pahami dulu bahwa apa pun sesuatu itu, akan dapat kita lakukan
jika kita terbiasa melakukannya. Ini berarti bahwa kemampuan atau lebih
tepatnya keterampilan menulis puisi tak lepas dari kebiasaan atau mengalami
langsung. Lalu apa yang dialami secara langsung tersebut? Jawabannya adalah
menulis puisi itu sendiri.
Ya, semakin seseorang
sering menulis puisi, semakin terampillah dirinya menghasilkan puisi-puisi yang
berkualitas. Dia akan tahu bahwa puisi tak sekadar permainan kata atau hanya
mengekspresikan segalanya dengan seenak hati. Akan tetapi, sebuah puisi butuh
kematangan dalam hal diksi, kohesi, dan juga koherensi sehingga dapat
diapresiasikan, diinterpretasikan, hingga didapatlah kegembiraan dan manfaat
darinya. Pertanyaan selanjutnya yang tak kalah penting yaitu, bagaimanakah
caranya menumbuhkan minat menulis puisi? Menjawab pertanyaan itu berarti kita
sedang membahas langkah awal seseorang berpuisi.
Pertanyaan tersebut
juga akan bercabang, yakni merujuk kepada diri sendiri dan orang lain. Sebuah
awal, terkadang menjadi hal tersulit bagi seseorang. Mengawali sesuatu perlu
daya dorong dari dalam diri sendiri di samping adanya pengaruh faktor luar. Ada
kerja sama yang kuat antarkeduanya. Sebagai contoh, saat bangun pagi ada
kalanya kita merasa malas beranjak dari tempat tidur. Maunya rebahan terus dan
terlelap dalam tidur kembali. Akan tetapi, ketika kita memiliki daya dorong
untuk segera beranjak dari atas kasur, lalu mencuci muka, lalu beraktivitas
lainnya seperti menikmati secangkir kopi, maka awal itu pun menjadi mudah.
Begitu pula dengan menulis puisi. Kita perlu adanya dorongan dalam diri sendiri
dalam menuliskannya. Dorongan inilah yang perlu kita tumbuhkembangkan terus-menerus.
Lantas apakah yang
dapat kita lakukan sebagai faktor luar untuk menumbuhkembangkan minat menulis
puisi kepada orang lain, terutama sekali kepada anak-anak?
Saya yakin semua
sepakat bahwa generasi muda adalah penerus generasi sebelumnya. Itu berlaku
sejak dulu. Saya dulunya juga anak-anak. Di sekolah diajarkan tentang puisi.
Dan di luar itu, para orang tua, masyarakat, dan juga lembaga pemerintah yang
terkait dengan sastra sebenarnya bisa bertindak sebagai motivator dalam
penumbuhkembangan minat menulis puisi ini. Berkenaan dengan hal itu, ada
beragam cara untuk memotivasi anak-anak menulis puisi. Tapi yang perlu diingat,
semuanya itu dilakukan secara perlahan dan menarik. Kemenarikan ini dapat
berwujud lomba membaca puisi dan lomba menulis puisi bagi anak-anak. Itulah
sebabnya, saya secara pribadi sangat menyambut gembira saat ditunjuk sebagai
salah seorang juri lomba mencipta puisi anak SD oleh Balai Bahasa Kalimantan
Selatan pada hari Selasa, 23 Oktober 2018 lalu. Lomba ini termasuk bagian dari Gebyar Literasi
Tahun 2018.
|
Spanduk Gebyar Literasi Tahun 2018 |
Yang membuat saya
tercengang dan senang, menurut informasi dari panitia, ada banyak anak SD di
beberapa Kabupaten dan Kota di Kalimantan Selatan antusias mendaftarkan diri
menjadi peserta lomba ini. Rencananya, lomba tersebut akan dibagi menjadi dua
kategori. Pertama kategori siswa kelas 1—3 SD dan kedua dari kelas 4—6 SD.
Adapun tentang tema, saya baru mengetahuinya belakangan, yakni tentang sekolahku,
teman baru, dan binatang kesayangan. Sedang para peserta baru mengetahuinya
saat akan dimulainya lomba. Hal ini memang sudah menjadi aturan main dalam
setiap lomba mencipta puisi agar terhindar dari adanya kecurangan semisal
plagiat oleh para peserta.
Mengenai tema, saya
setuju dengan panitia. Selain tidak jauh dari kehidupan mereka, tema-tema
tersebut juga mengajak anak lebih akrab dengan suasana belajar, guru-guru, dan
juga hubungan baik antarsesama, baik sesama manusia, maupun dengan makhluk
lain, seperti binatang kesayangan. Bagi saya pribadi ini sesuatu yang sangat
seru. Mengapa? Karena selain menumbuhkan minat menulis puisi, anak-anak juga
diajak peka terhadap dunia sekitarnya. Saya pribadi menyebutnya dengan
ungkapan, "Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui." Artinya,
satu kali melakukan pekerjaan, mendapatkan beberapa hasil sekaligus.
Nah, adapun susunan
acara pelaksanaan yang telah berlangsung tanggal 31 Oktober 2018 adalah sebagai
berikut.
Lebih kurang pukul 08.00—08.30
Wita Ketua Panitia Gebyar Literasi Tahun 2018—Musdalipah, M.Pd—membuka dan
memberikan pengarahan tentang lomba kepada para peserta. Dalam pengarahan ini
dipaparkan mengenai tema yang berupa sekolahku, teman baru, dan juga binatang kesayangan.
Selagi pemaparan berlangsung, para anggota panitia membagikan kertas berisi
tema tersebut di atas meja masing-masing peserta. Setelah para peserta mengisi
nomor (peserta) di lembar penulisan puisi, para bapak dan ibu guru, juga pengantar
(peserta) dipersilakan meninggalkan ruangan lomba. Hal ini agar mereka tidak
merasa terganggu saat menciptakan puisi.
Para Peserta Lomba Sedang Menciptakan Puisi Mereka
Selanjutnya, naskah-naskah
puisi yang sudah selesai dikumpulkan untuk dinilai para juri. Penilaian berlangsung
sekitar pukul 09.30—13.00 Wita. Dewan juri terdiri atas Tajuddin Noor Ganie,
Mahmud Jauhari Ali, dan Annasabiqatulhusna.
|
Puisi-Puisi Peserta Lomba di Meja Dewan Juri
|
Kemudian barulah surat keputusan
dewan juri dibacakan.
Para pemenang Lomba Mencipta
Puisi bagi Siswa SD/MI Kelas 1—3 Se-Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut.
- Pemenang ke-1 atas nama Qorira Raihana
Rubi Laksono dari SDIT Insantama Banjarbaru dengan jumlah nilai 643;
- Pemenang ke-2 atas nama Azkia Nor
Magfirah dari SDN Pemurus Luar 1 Banjarmasin dengan jumlah nilai 642;
- . Pemenang ke-3 atas nama Kafaina Billahi
Wakila dari SDIT Nurul Fikri Banjarbaru dengan jumlah nilai 640;
- Harapan ke-1 atas nama Haifa Novita
Sari dari MIN 4 Banjar dengan jumlah nilai
636;
- Harapan ke-2 atas nama Feby Aulia
Puteri dari SDN 2 Loktabat Selatan Banjarbaru dengan jumlah nilai 634;
- Harapan ke-3 atas nama Alya Nabila
Puteri dari SD Muhammadiyah Hj. Nuriyah Banjarbaru dengan jumlah nilai 633.
|
Para pemenang Lomba Mencipta Puisi bagi Siswa SD/MI Kelas 1—3 Se-Kalimantan Selatan
|
Sementara itu, para
pemenang Lomba Mencipta Puisi bagi Siswa SD/MI Kelas 4—6 Se-Kalimantan Selatan
adalah sebagai berikut.
- Pemenang ke-1 atas nama Daffa Aulia
Rahman dari SDN 4 Guntung Manggis Banjarbaru dengan jumlah nilai 704;
- Pemenang ke-2 atas nama Amanda
Nurazizah dari SDN 3 Cempaka Banjarbaru dengan jumlah nilai 703;
- Pemenang ke-3 atas nama Hafizatul Adzkiya
dari MIN 2 Hulu Sungai Tengah dengan jumlah nilai 700;
- Harapan ke-1 atas nama Najwa Azzura
Puteri Ar-Rahman dari SDN Loktabat Utara 1 Banjarbaru dengan jumlah nilai 698;
- Harapan ke-2 atas nama M. Rohan Rifqi
dari SDN 3 Loktabat Utara Banjarbaru dengan jumlah nilai 697;
- Harapan ke-3 atas nama M. Zidny Ilman
Fazada dari MDIM 1—2 Sei Kindaung Banjarmasin dengan jumlah nilai 695.
0 comments:
Post a Comment