Setiap orang mungkin pernah
berpuisi. Mengungkapkan gerak batin lewat kata-kata. Tentang cinta, petualangan,
atau bisa jadi mengenai alam sebagai tempat segala yang hidup dalam alur kehidupannya
masing-masing. Dan, menikmati untaian kata, lirik, juga bait yang indah tentu menjadi
kegembiraan, bahkan kenyamanan tersendiri. Nah, berikut adalah enam puisi
pilihan tentang perempuan, baik dalam
aku lirik, maupun sosok perempuan
tertentu karya Abidah El Khalieqy. Penyair yang satu ini terkenal piawai dalam
berpuisi dan juga berkarya sastra lainnya. Penasaran? Selamat menimati.
Aku Hadir
Aku perempuan yang
menyeberangi zaman
membara tanganku
menggenggam pusaka
: suara diam
menyaksikan pertempuran
memperanakkan tahta
raja raja memecahkan wajah
silsilah kekuasaan
Aku perempuan yang merakit
titian
menabur lahar berapi di
bukit sunyi
membentangkan impian di
ladang ladang mati
musik gelisah dari kerak
bumi
Aku perempuan yang hadir
dan mengalir
membawa kemudi
panji matahari
Aku perempuan yang kembali
dan berkemas pergi
(1991)
Ibuku Laut Berkobar
Ibuku laut berkobar
gemuruhnya memanggil
manggil namaku
di bukit purnama pepujian
berjalinan rindu memadat
menyala gelegak kasmaran
yang terus meruah
berkibar lembar gairah
mengiring bulanku
singgasana
fitrahku kembali menghirup
udara
dari persekutuan
embun baka
Setetes cindramatamu
mengungguli istana seribu
dewa
kuimani sudah
(1989)
Perempuan yang Ibu
Perempuan yang ibu tak kan
lahir
dari rahim bumi belepotan
lumpur dan nanah
nurani berselubung cadar
kegelapan
dan pekat bersama harapan
terkapar
Perempuan yang ibu lahir
dari buaian cakrawala
dari ukiran udara warna
daun semesta
yang menyapa alam dengan
bahasa mawar
atau kebeningan telaga
Tak ada matahari
luput dari jendela
(1990)
Kerajaan Sunyi
Syair malamku
ke Sinai aku menuju
tak terbayang kerinduan melaut
tak terpermai kesunyian memagut
Seperti bumi padang sahara
haus dan lapar mengecap di bibir
merengkuh mimpi saat madu terkepung lebah
kekosongan dalam tetirah
Padang padang membentang
melahap tubuhku tanpa tulang
dan kesana alamat kucari
Kerajaan Sunyi!
(2000)
Ibuku Mendaki Badai
Ibuku melahirkan seribu raja
seribu maut memanah jantungnya
tak habis-habis semerbak mawar
di bibirnya
ditaburi seladang damba
terbangun di tengah doa
raja-raja bertahta dalam kuasa
memetik kuntum demi kuntum nirwana
merajalela dalam lapar dahaga
merampoki piala
wajah-wajah renta
Ibuku mendaki badai
membeli kelahiranku dengan maut
dan laki-laki menjual kehidupannya
demi sepotong opera
diraja bermahkota
merajam kata cinta
Ibuku melahirkan seribu dukana
mendaki badai
sejak mula
tanpa akhirnya
(2001)
Kidung Simalakama
Aku berdiri di bawah khuldi
saat senja menyamar
seperti iblis tanpa diundang
berbilah racun bersarung pedang
menusuk lambungku
di langit terang
Aku berdiri menangkar sunyi bumi
sendiri
menerbangi titik niskala
menyusupkan jiwa
ke puncak tahta
cahaya Cinta
Tak ada waktu membayang
merekah dan mengaku kalah
jengkal tanah selalu begitu
menghisap semua bunga
sekaligus putiknya
Hawa menembang lagu merdu
serupa kidung simalakama
(2003)
Tentang Penyair
Abidah El Khalieqy, penyair dan novelis, tinggal di Yogyakarta. Karya-karya kesusastraannya diikutkan dalam
berbagai buku antologi bersama seperti: ASEANO: An Antology of Poems Shoutheast
Asia (1996), Cyber Album Indonesia – Australia (1998), Force Majeure (2007),
Rainbow: Indonesian Womens Poet (2008),
Word Without Borders (2009), E- Books Library For Diffabel (2007),
I-lit.com (2012) dan lebih dari 30 buku sastra
lainya. Membacakan karya-karya
puisinya di Taman Ismail Marzuki Jakarta (1994, 2000), menjadi peserta APWLD
(Asia Pacific Forum on Women, Law and Development, 1987), serta aktif dalam
KDPI (Kelompok Diskusi Perempuan Internasional, 1987-1989). Mewakili Indonesia
dalam ASEAN Writers Conference/Work Shop Poetry di Manila, Philipina
(1995). Menjadi pendamping dalam Bengkel Kerja Penulisan Kreatif MASTERA (Majlis
Sastra Asia Tenggara, 1997). Membacakan puisi-puisinya di sekretariat ASEAN
(1998), Konferensi Perempuan Islam se Asia-Pasifik dan Timur-Tengah (1999),
International Literary Biennale (2007), Jakarta International Literary Festival
(2008), Aceh International Literary Festival (2009) dan, Konferensi Pengarang
Muslimah di Kuala Lumpur (2010). Bedah Film dan Novel “Perempuan Berkalung
Sorban” di Hongkong (2009) dan, Singapura (2010). Mengikuti progam SBSB (Siswa
Bertanya Sastrawan Bicara) di berbagai kota besar di Indonesia (2001-2008) Mendapat Penghargaan
Seni dari Pemerintah DIY (1998). Menjadi pemenang dalam Lomba Penulisan
Novel Dewan Kesenian Jakarta (2003). Dinobatkan sebagai tokoh “10 Anak Zaman
Menerobos Batas” oleh Majalah As-Syir’ah (2004). Memperoleh anugerah IKAPI dan
Balai Bahasa Award (2008), Adab Award dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (2009).
Dinobatkan sebagai “Sepuluh Muslimah Kreatif” oleh Majalah NooR (2010).
Memperoleh Anugrah Sastra dari Kemendikbud RI (2011).
Bukunya yang sudah terbit:
Ibuku Laut Berkobar (1997), Menari Di Atas Gunting (2001), Perempuan
Berkalung Sorban (2001), Atas Singgasana (2002), Genijora
(2004), Mahabbah Rindu (2007), Nirzona
(2008), Mikraj Odyssey (2009), Kisah Tuhu (2009), Menebus Impian (2010), Mataraisa (2012), Santri Cengkir (2015), Mimpi Anak Pulau (2015), Bait-bait Multazam
(2015), dll.
Sumber foto: www.pixabay.com (gratis)
1 comments:
Like... (Y)
Post a Comment