Mahmud Jauhari Ali
Siapa yang tak mengenal
K-pop? Ada Super Junior, SNSD, EXO,
hingga yang masih baru seperti Wanna One.
Mereka semuanya sangat terkenal. Masing-masing memiliki banyak penggemar setia.
Begitu pula dengan
K-drama, siapa yang tak mengenal para bintangnya semisal Song Hye Kyo, Lee Min
Ho, dan Park Shin Hye. Sangat banyak drama Korea Selatan bermunculan dari waktu
ke waktu. Para penontonnya tak perlu lama bersedih setelah satu drama telah
tamat. Karena, akan ada drama-drama lain yang juga disajikan secara menarik. Bahkan,
saking menariknya, banyak orang Eropa turut serta menikmati cerita-cerita yang
disajikan dari negeri ginseng itu.
Lalu sastra? Sangat banyak
karya sastra yang dihasilkan dari tangan-tangan sastrawan. Ada puisi, cerpen,
novel, dan juga teater-teater dengan pementasan yang luar biasa. Siapa yang tak mengenal sastra?
Fakta yang tak bisa
dipungkiri, ketiga seni di atas memiliki penggemar masing-masing. Mereka yang
menggemari K-pop tentu sangat mengenal boyband
atau girlband beserta para personilnya.
Para penggemar K-drama pun demikian. Nah, sastra juga dikenal oleh para
penggemarnya. Novel Di Kaki Bukit Cibalak
misalnya, tentu dibaca oleh lebih daripada satu orang. Malahan, penulisnya yang
bernama Ahmad Tohari sampai didatangi langsung di rumahnya oleh mahasiswi
pascasarjana dari Korea Selatan karena terpukau dengan karya-karyanya itu.
Lantas apa beda ketiganya?
Kemudian, ketika banyak
orang menantikan album terbaru dari boyband
atau girlband tertentu, banyak pula
orang yang menatikan hadirnya drama Korea Selatan seperti Encounter yang dibintangi artis cantik terkenal Song Hye Kyo dan aktor
tampan terkenal Park Bo Gum. Maka, kehadiran novel semisal karyanya Abidah
Elkhalieqy juga sudah tentu dinantikan oleh para penggemarnya.
Dilihat dari kekayaan,
personil masing-masing boyband dan girlband pastilah memiliki uang dan
harta yang berlimpah. Para pemain drama Korea Selatan tentu tak kalah kayanya. Bahkan,
sebenarnya mereka juga ada yang merupakan personil dari K-pop. Sebut saja Yoona
yang main di beberapa K-drama, adalah personil dari SNSD yang termasuk girlband terkenal di negaranya sendiri
dan di luar negeri. Sastrawan? Ah, kalau membahas sosok-sosok sastrawan, siapa
yang tidak kaya? Semua sastrawan itu kaya. Kaya diksi, kaya kohesi, kaya
koherensi, kaya kematangan berkarya, dan yang terpenting kaya jiwa. Ketiga pelaku
seni ini kaya semuanya.
Berangkat dari fakta-fakta
di atas, rasanya kita semua setuju bahwa masing-masing pelaku seni memiliki
kelebihan masing-masing. Sebagai tambahan, ada yang mahir bernyanyi dengan
suara emas mereka. Ada yang mahir berakting hingga membuat para penontonnya
menitikkan air mata. Ada pula yang mahir berkarya sastra dengan sangat
berkualitas.
Lalu, beda ketiganya di
mana?
Saya pikir kita tak
perlu mencari-cari perbedaan ketiganya. Lho, kok? Sebab, perbedaan itu pasti
ada, ‘kan? Orang kembar identik saja masih memiliki perbedaan. Yang menurut
saya perlu ditekankan malah pada penerimaan satu sama lain dengan saling
menghormati dan menghargai, khususnya masyarakat penikmat seni-seni itu. Tidak
etis misalnya kalau ada yang mengatakan semua karya sastra tak ada gunanya. Atau,
drama apa pun hanya membuang-buang waktu dalam hidup manusia.
Harapan kita bersama,
seni selalu menggembirakan dan bermanfaat bagi para pelakunya dan masyarakat
secara luas. Setuju? Tidak setuju atau sebaliknya, simpan jawaban Anda dengan
baik sebagai bahan renungan yang
mengasyikkan.
Sumber gambar: www.pixabay.com (gratis)
0 comments:
Post a Comment