Jangan Tanya Lagi
Jangan tanya lagi
muasal air direguk
bila hujan asal satu langit
laut
gunung
jarak
hanya memisah badan
sedang kalbu dapat terbang dijulang angin
mengantar rindu hati satu
jangan tanya lagi
muasal darah netes
bila tanah
dari satu bumi
tanyakan kemana tujuan?
Ini hari
kita masih berlari dilangkah semula
terseret waktu lalu
dengan dada luka
lantaran letih toreh nama diri
sementara di lebuh raya
kita tak mampu menebak tapak siapa
sembraut mengacak jejak
dulu pernah digores darah
airmata
sudah lama kita ditipu muslihat nanah
berbau darah
sekarang pekikkan kembali
tanah air dengan hati satu
bedakan mana darah
mana nanah
bila kau darah
kemarilah!
bila kau nanah
berambuslah!
jangan tanya lagi
muasal darah netes
tanyakan hati
aku :
darah
atau
nanah?
Depok, 7 Mei 2008
Ziarah Diri
Ziarah diri
jiwaku pucat
matakalbu raba gelap
di padang debu
kelahiran usung diri
ke bui tubuh musim
lalu aku sepakati upacara hidup
sebagai narapidana waktu
bab demi bab karma usia
Pemilik pintu
menitip kunci jalan kembali
sering aku patahkan jadi abu
pada setiap bab hidup
aku merindu jalan muasal
dipandu kunci jalan kembali
bila lonceng terakhir menjemput
aku bergegas pulang
kebebasan itu piala
Sipengerajut
Anak-anakku pandanglah jubah lebar ini
aku merajutnya dengan darah airmata
berpuluh benang waktu
berjutakali helaan napas
jangan hanya pandang indah sulamnya
bagai emas berkilau
lalu orang memuji rajutannya
tapi lihat sipengrajut itu
jemari hidupnya penuh lobang
jarum yg ditusukan penguasa
lewat darahnya berharap warna
memberikan debar negeri
dari denyut jantungnya
Sedangkan sipengrajut setiap waktu
napasnya tinggal satu dua, tiada yang tahu
Bila ia pergi
tanpa terompet pelepasan
hanya doa dari orang-orang pernah berselimut jubah indahnya
dan kenangan nama : "Sipengrajut" di batu nisan pusara
Pintu
Di pintu
ada sepatu
tapaknya berdarah
bernanah
tak ada penjaga ramah
cuma pemintaminta
tak ada penawar bunga
hanya penjaja duka
pintu
tak lagi mudah diketuk
bila diketuk
dia mengetuk
bila ditanya
dia bertanya
bila diharap
dia mengharap
bila kau sedih
kau yang diperih
bila kau masuk
kau diluar
kemana pintu
tempat masuk itu?
tinggal jejak
berdarah
bernanah
Depok, September 2009
ASRIZAL NUR. Tahun 2009 ia mementaskan
puisi-puisinya dengan Spektakuler di Graha Bhakti Budaya Taman
Ismail Mazuki Jakarta, Kolaborasi pembacaan : Tari, Teater, Musik,
audiovisual, diberi nama nama Konser
puisi Multimedia Asrizal Nur.
Membaca puisi dalam dan luar negeri, antara lain pembacaan Sajak
Melayu Asia Tenggara di Kepulauan Riau (2006), baca Sajak Panggung Apresiasi
Presiden Penyair di TIM ( 2007), baca Sajak Panggung Apresiasi Temu Sastrawan
se-Indonesia di Jambi (2008), baca Sajak Internasional di JILFEST, Jakarta
(2008) membaca Puisi Portugal, Indonesia, Malaysia di Universitas Indonesia
(2009). baca puisi Radio Televisi Brunei Darussalam pada Pertemuan Penyair
Nusantara IV (2010), membacakan puisi dan pemutaran Video Konser Puisi
Multimedia Asrizal Nur di Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei (2010), sebagai
pembimbing/pengajar Bengkel Pelestarian Budaya Melayu di Dewan Bahasa dan
Pustaka Brunei (2010). Konseptor, Sutradara Teaterrikal Puisi Islam Multimedia
di Radio Televisi Brunei (2010). Baca Puisi pada Malam puncak Temu Sastrawan
Indonesia III di Tanjungpinang (2010). Baca Puisi di Panggung Puisi Multimedia
Pertemuan Penyair Nusantara di Palembang 2011, Pembacaan Puisi Internasional di
Jakarta Internasional Literary Festival – JILFEST (2011), Baca Puisi di Hankuk
University dan Kota Hansan Korea Selatan ( 1-3 Juni 20012), ), Baca Puisi Malam
Puncak Dialok Teluk Brunei di UBD (11 Juli 2012), Baca Puisi di Sekolah
Menengah Yayasan Hasanal Bolkiah Brunei Darussalam (18 Juli 2012), Baca
Puisi Pada Kongres Bahasa(2013),Baca Puisi di Festival Wayang dan Topeng
Internasional di Bandung (2014) Pertemuan Penyair Nusantara VII di Singapura
(2014), Festival Pulara 2014 di Pangkor, Malaysia.
Bukunya yang telah terbit Percakapan Pohon dan Penebang (YPM,
2009). Antologi puisi bersamanya antara lain Antologi Puisi Nusantara (2006), Rampai
Melayu Asia Tenggara (2006), Kumpulan puisi Portugal, Malaysia
dan Indonesia (2008), Musi, Pertemuan Penyair Nusantara V (2011), Kumpulan
Puisi dan Cerpen Internasional Jilfest : Ibu Kota Keberaksaraan (2011), Lambaian
Nusantara Dari Kota Singa, Antologi puisi bersama Pertemuan Penyair Nusantara
VII (2014)
Kini mengelola Rumah Seni Asnur, Ketua Yayasan Panggung Melayu,
pendiri dan Sekretaris Jenderal Yayasan Hari Puisi Indonesia.
Sumber foto: www.pixabay.com (gratis)
0 comments:
Post a Comment