Rohingnya Terluka: “Air Mata Dunia”
Amarah
Myanmar membara Rohingya terluka
kenapa
harus ada duka, siksa dan angkara murka
di
Tanah yang katanya penuh welas asih sesama
hati
manusia-manusia tertuba ganas bagai serigala
Hanya
karena adanya beda kepercayaan dan keyakinan
mereka
dibantai dengan mengatasnamakan kesucian
mereka
disiksa bagai gerombolan anjing-anjing kudisan
sungguh
kekejaman yang dipoles dengan beribu alasan
Tua,
muda,anak-anak telah dianiaya dengan bengisnya
bagai
satwa haram yang tiada diperkenankan di negeri itu
mereka
dibantai bagai hama-hama yang tiada berguna
mereka
dihina laksana kotoran najis sampah negaranya
Hingga
mereka terkatung-katung antara hidup dan mati
dengan
bekal seadanya mencoba menyelamatkan dirinya
meninggalkan
tanah, rumah dan harta bendanya di sana
meninggalkan
jenazah-jenazah hasil siksa angkara murka
Dalam
tempat pengasingan mereka menunggu belas kasih
menanti tali kasih orang-orang yang punya hati nurani
menanti
usapan ramah dunia pada nasib malang mereka
menanti
tangan saudara sekeyakinan dan kepercayaannya.
Barabai, 22/05/2015
Kenangan Duka di Bukit Benawa
Ilalang
kecil menangis di padang gersang
rembulan
pucat meradang di setiap pandang
langit
mendung di sepanjang jalanan berbatu
menemani
tapak langkah yang telah terbuang
Di
bukit nan penuh kesunyian kupijakkan kaki
di
atas tanah merah yang basah sehabis gerimis
kutatap
ranah-ranah hijau memukau tak bertuan
sedari
dahulu selalu begitu-begitu saja adanya
Saat
kucoba meneriakkan namamu berulang-ulang
karena
bukankah kita telah janji bertemu di sini
berbincang
tentang pucuk-pucuk tunas hijau merona
hingga
kita tak sampai hati untuk segera memetiknya
Aku
masih setia dan masih menunggumu di sini
bersama
burung yang tak henti bernyanyi-nyanyi
bersama
rintik hujan yang masih menyisakan duka
kumasih
sendiri merenung bagai batu-batu gunung
Karena
aku telah lelah menunggu kedatanganmu di sini
kuayun
langkahku menuruni jalan setapak berbatu-batu
melintasi
rumahmu janur kuning telah menghias indah
sebagai
penanda janji-janji setiamu telah tergadai dusta.
Barabai, 22-05-2015
Di Ujung Embusan Napas Terakhir
Langit
membiaskan warna kelam
hentakkan
napas tersendat pilu
di
ujung senyuman yang terakhir
tiada
sempat mengurai amanat
senyum
di bibir mata terpejam
tangis
membayang wajah kelam
Elmaut
datang tanpa berbilang
tiada
guna jeritan dan air mata
desah
napas semakin memberat
terlihat
wajah-wajah kesedihan
terpejam
mata seakan terlena
wajah
berseri seakan bermimpi
Gerimis
sedih mengantar duka
menghujam
rasa belasungkawa
menikam
pedih dalam jiwa lara
kelopak
mata merinai tangisan
jasad
terbujur kaku sepi sendiri
berselimut
selembar kain kafan
Berbekal
amalan dan keyakinan
yang
menerangi di dalam pusara
diam
damai menunggu sengkala
makam
kembali sunyi dan hampa
senja
merinai gerimis membasah
pelawat
kembali bersama doa-doa.
Barabai, 09-02-2015
Sungai Batu Benawa
Di
keruh permukaanmu namun nampak tenang
berhias batu-batu dan lanting penambang pasir
dan deretan joran pancing pemburu ikan-ikan
menanti sentuhan selera ikan penghuni sungai
berhias batu-batu dan lanting penambang pasir
dan deretan joran pancing pemburu ikan-ikan
menanti sentuhan selera ikan penghuni sungai
Kecipak
joran penanjak nyanyikan lagu syahdu
tembang sungai Benawa yang merdu mendayu
iringi getaran dawai pucuk bambu merayu kalbu
tembang sungai Benawa yang merdu mendayu
iringi getaran dawai pucuk bambu merayu kalbu
hamparkan
kesejukan dan keindahan dalam rindu
Di
sela batu-batu air mengalir menjelma lukisan
simpan legenda yang penuh kedukaan dan air mata
tentang cinta kasih yang berakhir dengan kutukan
berabad sudah hingga kini masih mengalir ceritanya
simpan legenda yang penuh kedukaan dan air mata
tentang cinta kasih yang berakhir dengan kutukan
berabad sudah hingga kini masih mengalir ceritanya
Basah
tubuh-tubuh penambang pasir Sungai Benawa
dan banyaknya pelancong bertamasya ria di sana
gambarkan geliat tubuh Batu Benawa masihlah ada
menghias benua dengan legenda dan pesona indahnya
dan banyaknya pelancong bertamasya ria di sana
gambarkan geliat tubuh Batu Benawa masihlah ada
menghias benua dengan legenda dan pesona indahnya
Sungai
Benawa sungai nan penuh beribu kenangan
dari dahulu hingga hari, minggu, bulan, tahun berganti
seakan tak hampa dengan segala decak kekaguman
menyimpan misteri keindahan dan legenda masa lalu.
dari dahulu hingga hari, minggu, bulan, tahun berganti
seakan tak hampa dengan segala decak kekaguman
menyimpan misteri keindahan dan legenda masa lalu.
Barabai,13-05-2015
Keindahan
di Ujung Benua
Kicau
burung terdengar merdu
penanda hari datang silih berganti
penanda hari datang silih berganti
Indahnya
alam memesona rasa
seakan dunia menjadi kekal abadi
seakan dunia menjadi kekal abadi
Terhanyut
dibuai semua keindahan
dengan rasa bahagia penuh rahasia
menyatu dalam damai ujung harapan
rasa melayang-layang di khayangan ,
dengan rasa bahagia penuh rahasia
menyatu dalam damai ujung harapan
rasa melayang-layang di khayangan ,
Duhai
semua keindahan yang ada
hadirlah nyata di setiap waktu
menghiasi sudut-sudut jiwa raga
dengan tarian warna penuh pesona
hadirlah nyata di setiap waktu
menghiasi sudut-sudut jiwa raga
dengan tarian warna penuh pesona
Desiran
angin yang membelai damba
dan pepohonan yang menari riang
berpadu indah bunga-bunga berseri
laksana taman firdaus di dunia fana
dan pepohonan yang menari riang
berpadu indah bunga-bunga berseri
laksana taman firdaus di dunia fana
Keindahan
yang maha sempurna
selalu membuat hati kagum terpana
namun kita harus merawat alamnya
agar semua keindahan abadi selamanya.
selalu membuat hati kagum terpana
namun kita harus merawat alamnya
agar semua keindahan abadi selamanya.
Barabai, 26-03-2015
Burung-Burung Kerinduan
Tarian aksara cinta bersenandung lagu rindu
terpetik dawai-dawai melodi hati mendayu
pelepas belenggu kerinduan dalam penantian
terpetik dawai-dawai melodi hati mendayu
pelepas belenggu kerinduan dalam penantian
pada letih haru biru perjalanan kasih sayang
Wahai angin bawalah angan dan lagu rinduku
untuk seseorang yang menungguku di sana
karena aku merindukan senyum manisnya
untuk seseorang yang menungguku di sana
karena aku merindukan senyum manisnya
hingga kuingin selalu berada di sisinya
Duhai burung pembawa warta cinta
temani aku bernyanyi dan menari
biar sempurna hari-hari bahagia
dalam irama hati dan jiwa pencinta
Burung-burung bernyanyi riang
jangan engkau sembunyikan kicaumu
jangan engkau sembunyikan kicaumu
menarilah dalam keindahan rasa
sampai tiba cinta abadi di dalam hati.
sampai tiba cinta abadi di dalam hati.
Barabai,15-01-2015
Munajat Kerinduan
Kubuka jendela berbingkai kaca
menatap megahnya angkasa raya
mengawang awan putih merona
sungguh terpesona aku dibuatnya
menatap megahnya angkasa raya
mengawang awan putih merona
sungguh terpesona aku dibuatnya
Terpancar terang fatamorgana langit
semburat cahaya indah bulan purnama
menambah syahdunya ujung malamku
saat hatiku merindukan kehadiranmu
semburat cahaya indah bulan purnama
menambah syahdunya ujung malamku
saat hatiku merindukan kehadiranmu
Bulan tersenyum menyentuh jiwa
rindu tergantung dalam angan-angan
menggamit seluruh rasa yang tersisa
karena akulah si perindu di ujung sepi.
rindu tergantung dalam angan-angan
menggamit seluruh rasa yang tersisa
karena akulah si perindu di ujung sepi.
Barabai, 01-01-2014
Munajat Diri
Kusendiri
di jalan sepi tak ingat jalan pulang
senja terlalu cepat menua di kejar kelam
bersama ilalang tengah padang membisu
yang terhanyut dalam kesepian hari berlalu
senja terlalu cepat menua di kejar kelam
bersama ilalang tengah padang membisu
yang terhanyut dalam kesepian hari berlalu
Langkah
terayun pilu tak searah mata angin
tak lagi bersitatap ke kutub harapan jiwa
hingga beribu makna bertebaran di langit malam
terpendar dan terserak di bibir-bibir peradaban
tak lagi bersitatap ke kutub harapan jiwa
hingga beribu makna bertebaran di langit malam
terpendar dan terserak di bibir-bibir peradaban
Kumulai
kembali membaca lembar penuh risalah diri
yang mulai tergerus dan bimbang dalam keheningan
seakan merebak wewangian sorgawi di ujung mimpi
dan mencoba bersuci pada setiap langkah ukhrawi
yang mulai tergerus dan bimbang dalam keheningan
seakan merebak wewangian sorgawi di ujung mimpi
dan mencoba bersuci pada setiap langkah ukhrawi
Kusendiri
melangkahi sepi yang tiada berbatas
merangkai harapan yang membuai sisi kalbu
sayup bagai khayalan semata membuai damba
kuterawang pelangi ragu yang menjelma debu
merangkai harapan yang membuai sisi kalbu
sayup bagai khayalan semata membuai damba
kuterawang pelangi ragu yang menjelma debu
Sendiri
di jalan ini mencoba menata langkah diri
seakan semua keinginan mati dalam hati nurani
kuhanya mencoba mengarungi cerita duniawi
seakan semua keinginan mati dalam hati nurani
kuhanya mencoba mengarungi cerita duniawi
sampai
waktunya berpulang ke negeri yang abadi.
Rusdi Fauzi dikenal sebagai salah seorang
sastrawan dari Kalimantan Selatan. Ia kelahiran Barabai pada tanggal 11 Agustus 1971. Selain menulis, ia
juga aktif sebagai pelatih tari tradisional dan penyanyi lagu-lagu Banjar.
Rusdi Fauzi hingga kini tercatat sebagai pengurus dan anggota berbagai sanggar
seni dan budaya Kabupaten Hulu Sungai Tengah di antaranya sanggar Tari MELATI
(1980), sanggar Musik MERATUS (1991), Sanggar Sastra LALAYA (2013) dan tercatat
sebagai pendiri cikal bakal Lapak Seni Dan Sastra Dwi Warna Kabupaten Hulu
Sungai Tengah.
Karya-karyanya
pernah di muat dalam Antologi Puisi ASKS
X di Banjarbaru dan Antologi Puisi
ASKS XI di Tapin/Rantau, Suara 5
Negara (Kumpulan Puisi Penyair Lima Negara), Nyanyian Kacincirak (Antologi 6 Penyair Hulu Sungai Tengah/2015).
Rusdi Fauzi mempersiapkan buku antologi Haiku pribadinya yang berjudul Aksara Yang Terlarung Di Sungai Mimpi.
0 comments:
Post a Comment