Sejak
Korean wave melanda sebagian besar
wilayah dunia, produk-produk hiburan mereka terus merebak bak jamur yang tumbuh subur dan ditonton
banyak mata. Industri perfilman Hong Kong yang sempat menjadi kiblat dunia
hiburan Asia tahun 1980—1990-an pun seperti dibungkam. Seakan-akan benar anggapan
bahwa hanya film-film Hong Kong yang dibintangi aktor kelas dunia semisal Jet
lee dan Jacky Chan saja yang mampu
mengimbangi derasnya gelombang industri perfilman Negeri Ginseng dewasa ini.
Dan,
salah satu produk dunia hiburan Korea Selatan yang terbaru adalah drama televisi
berjudul Devilish Joy. Drama ini
menceritakan kisah romansa seorang pria yang mengalami hilang ingatan jangka pendek.
Pria bernama Gong Mas Sung itu hanya
mampu mengingat satu hari saja. Pada hari berikutjnya ingatan satu hari itu pun
terlupakan olehnya. Sedang tokoh wanitanya
bernama Joo Gi Bbeum yang mantan aktrispopuler di sana.
Yang
menarik dari drama satu ini pada tokoh ayah sang wanita, yakni Joo Man SIk. Dia dikenal sebagai pujangga yang ramah
lingkungan. Pria paruh baya dengan penampilan yang sangat sederhana tersebut
kesehariannya sangat gemar menulis puisi di samping pfrofesinya sebagai pengurus taman. Puisi-puisi yang ditulisnya dia
kirmkan di media massa setempat. Dalam drama ini ada beberapa puisi yang dia lisankan.
Contohnya penggalan puisi yang dia tulis dengan terjemahan lebih kurang seperti
berikut.
…
Karena
aku miskin
Apa
aku tak ‘kan mengenal kesepian?
Dalam
perjalanan pulang
Setelah
kita berpisah
Aku
berjalan di jalan yang berselimut salju
Sinar
bulan bersinar terang
Langsung
menyinariku
….
Kemudian
yang paling seru saat dia melisankan sebuah puisi untuk menghadapi hinaan seorang
wanita konglomerat dari sebuah perusahaan besar. Puisi dimaksud lebih kurang
terjemahannya ditulis di bawah ini.
Hidup
Miskin
Kemiskinan
tak membuat seseorang menangis
Hidup
miskin berarti
membandingkan
diri dengan yang tak miskin
dan
itu merupakan satu kekurangan kita dalam hidup
Sudut
hatimu selau kosong
Karena
itulah menjadi ruangan yang harus diisi oleh cinta
Mereka
yang mecintai
Tak
takut pada kemiskinan
Dalam
hal ini kita tidak perlu membahas apakah memang benar kehidupan pujangga di sana
(baca: Korea Selatan) di bawah standar. Akan tetapi, kita bisa menyaksikan melalui
drama televisi, puisi dapat diperkenalkan secara luas. Masyarakat menjadi lebih
mengenal pujangga dan puisi-puisinya. Berarti juga merupakan sebuah upaya mulia
dalam mengakrabkan puisi dan masyarakat melalui sajian drama televisi yang apik. Bagaimana menurut Anda?
0 comments:
Post a Comment