Kamus Peribahasa Banjar (KPB) ini pertama kali diterbitkan pada tahun 2006. KPB Edisi 2006 hanya memuat paparan menyangkut 1.538 buah peribahasa Banjar yang sudah dikenal luas sebagai kekayaan milik bersama etnis Banjar di Kalsel.
Masing-masing
peribahasa Banjar itu dipaparkan secara ringkas dengan gaya bahasa yang ringan
(populer). Masyarakat awam yang menjadi sasaran penerbitan kamus ini akan
merasa bosan jika peribahasa Banjar dimaksud dipaparkan dengan gaya bahasa
akademis atau bersifat ilmiah, tanpa arti praktis yang langsung.
Kemudian, pada edisi
selanjutnya, KPB berisi pula paparan teoretis tentang karakteristik bentuk,
makna, fungsi, dan nilai peribahasa Banjar. Peribahasa Banjar sendiri merupakan ragam/jenis folklor Banjar yang
sesungguhnya sangat familiar di kalangan etnis Banjar di Kalsel. Hampir semua
kegiatan berbahasa yang berlangsung secara formal dan informal di kalangan
etnis Banjar di Kalsel selalu diselipi dengan peribahasa Banjar sebagai sarana
retorikanya.
Menurut penyununnya,
yakni Tajuddin Noor Ganie (TNG),
entri/lema KPB akan terus diperbanyak dari edisi ke edisi. Hampir setiap hari
ia bergiat mencari dan mencatat peribahasa Banjar yang belum masuk ke dalam
KPB. TNG yakin, masih banyak peribahasa Banjar yang belum berhasil
diinventasikan, didokumentasikan, dan dikaji secara mendalam. Diharapkan,
dengan adanya KPB maka upaya-upaya para pihak untuk mengembalikan vitalitas
peribahasa Banjar akan menjadi semakin mudah.
Fakta menunjukkan, di
kalangan etnis Banjar sendiri belum banyak mereka yang kafasitasnya memenuhi
kriteria sebagai ahli waris yang pasif atas kekayaan kearifan lokal itu,
apalagi ahli waris yang aktif. Dalam hal ini yang paling dominan adalah mereka
yang sama sekali tidak tahu, tidak tahu menahu, dan tidak mau tahu tentang
kekayaan kearifan lokal yang sesungguhnya harus mereka warisi dan lestarikan
itu.
Padahal kearifan lokal itu sengaja diciptakan sebagai bagian dari kegiatan kolektif yang berhubungan dengan hal-hal seperti adat-istiadat, ajaran moral normatif, sosial ekonomi, estetika, etika, filsafat, norma-norma politik, dan sejarah lokal. Khusus menyangkut kekayaan kearifan lokal berbentuk peribahasa Banjar, sejak awal diciptakan sudah mengemban fungsi sosial sebagai wahana pewarisan dan pemahaman gagasan tata nilai yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan keseharian mereka. Tidak hanya itu, melalui peribahasa Banjar sebagai medianya, etnis Banjar di Kalsel dapat mengungkapkan alam pikiran, sikap hidup, dan sistem sosial budaya mereka.
Dalam kedudukannya sebagai kekayaan budaya milik bersama, etnis Banjar dapat mempergunakan peribahasa Banjar sebagai media untuk mengekspresikan atau merepresentasikan konstruksi realitas nilai budaya yang khas suku bangsa mereka. Melalui peribahasa Banjar sebagai media komunikasinya, generasi tua etnis Banjar dapat menyampaikan semua ajaran, informasi, nasihat, dan semua kearifan lokal lainnya kepada generasi penerusnya, sehingga kearifan lokal dalam bentuk ungkapan tradisional berbahasa Banjar ini tetap lestari dari generasi ke generasi. (Salbiah)
Berminat membaca seluruh atau sebagian lain isinya? Silakan membacanya
di Kamus
Peribahasa Banjar. Pembelian buku bisa melalui nomor 08195188521.
0 comments:
Post a Comment