Puisi-Puisi Ariadi Rasidi
Hutan Jumprit Satu Pagi
Angin bukit mengembus sejuk nyaman
sinar ultra violet memancar segar
menerobos gerumbul daun pinus mahoni
reranting bergesek melantunkan simponi pagi
embun pun mendendangkan kidung perpisahan
“Selamat tinggal pagi”
lalu menguap meninggalkan pucuk-pucuk daun
Kera menggelantung di reranting pohon
menyongsong pelancong yang berdatangan
burung-burung pun berkicau riang
karena masih banyak pepohonan tempat bersarang
Hutan Jumprit hutan di lereng gunung Sindoro
akar-akar gemulai menjalar melilit dalam tanah
menahan erosi
jadi mata air muara Kali Progo
air berkah bagi kehidupan makhluk Illahi
Bawah hutan air mengalir segar
meliuk-liuk membentuk sungai
basahi tanah regosol coklat muda
merasuk segarkan akar-akar
tunas-tunas pun ikut melambai
nun jauh di sana lagu cangkul membentur sawah
diayun berpasang-pasang tangan kekar petani
Temanggung, 2016
Nyanyian Sungai
Berawal dari kaki gunung rimba perawan
melewati kelokan demi kelokan
sungaiku mengalir
meliuk-liuk dari hulu ke hilir
Batang-batang padi senang
ikan-ikan menari-menari riang
bersama dendang air sungai yang datang
harapan petani jadi mengawang-awang
Gemercik air melahirkan simfoni
terus mengalir menderas menuju samudera biru
sesekali menerpa batu-batu
memberi berkah makhluk Ilahi.
Temanggung, 2016
Ariadi Rasidi,
lahir di Purwokerto. Menulis puisi sejak tahun 1980-an. Puisi-puisinya
terdokumentasi di beberapa antologi puisi bersama diantaranya Antologi Puisi Tifa
Nusantara 2, Antologi Puisi Progo 1, 2 dan 3, Antologi Puisi Ambarawa Seribu
Wajah, Antologi Puisi Arus Puisi Sungai, dll. Di Dewan Kesenian Daerah
Temanggung sebagai ketua komite sastra. Saat ini sedang berporses menggiatkan
denyut sastra di Kabupaten Temanggung melalui komunitas Keluarga Studi Sastra 3
Gunung (KSS3G) Temanggung. Bertempat tinggal di Dusun Kampung RT 01/1
Desa/Kecamatan Kaloran, Temanggung.
Alamat Pos-el: ardiras53@gmail.com.
--------------------------------------------------
Puisi-Puisi Yanti S Sastroprayitno
Hutan
Impian
Langkah-langkah kecil gemerisik
meningkah dedaunan mblasah* di tanah basah
sejuknya embun mengalun di dedaunan rimbun
sinar mentari kesulitan mengintip di sela
reranting
Kicau burung berdendang riang
bersautan suara aneka satwa bergema
sungguh harmoni alam tengah berkumandang
melantunkan syukur pada Sang pengatur
Langkah tersita terkesima
sejuknya hawa meresap ke dasar jiwa
ketentraman melingkup semesta
memeluk raga yang kian menua
lamat-lamat gemercik air
sungguh bagaikan sihir
laksana jiwa baru terlahir
Hai
di manakah aku berada
di bumiku atau di negeri antah di mana
pepohonan tinggi menjulang tak terkira
sulur-sulur bertautan merenda asa
bersinergi dengan alam semesta
Sebongkah batu terantuk ujung kaki
terjagalah aku dari mimpi
tak ada lagi hutan rimba riuh marga satwa
semua termakan napsu angkara
tinggalkan alam merana
tak ada lagi hutan hijauku
menyisakan asap yang menyesak dada setiap
waktu
hamparan tanah gersang menangis pilu
merindu kedamaian hutanku
bilakah negri ini mampu menuju
Semarang, 20 Juli 2016
*mblasah: bertebaran di mana-mana ( Jawa)
Menuju Muara
Ingin kularung semua lipatan waktu
yang penuh goresan kelabu
yang menorehkan gurat di kanvas
hidupku
bersama deras arusmu
agar tak lagi kujumpa
perih dendam dan luka
amarah dan semua prasangka
lesap hanyut tak tertinggal di jiwa
Mengalir tenang seperti arusmu
tak pernah melawan saat terantuk batu
menepi berkelit mencari celah
sabar tenang bertemu bendungan
saat terlampaui
kembali mengalir mengikuti gravitasi
Ingin kubasuh semua noda berpeluh
pada riakmu yang gemericik riuh
agar hanyutlah semua debu
yang mengotori hati dan jiwaku
karam dalam alunmu
terhanyut dan diam
Hingga saat menuju muara
tak ada lagi luka
tak ada lagi amarah dan dendam membara
hanya kepasrahan
dalam naungan cinta
Semarang, 2 Maret 2016
Yanti
S Sastroprayitno.
Terlahir dengan nama Sriyanti (Sragen, 5 Februari 1969). Menyelesaikan S1 dan
S2 di Jurusan Kimia, FMIPA UGM. Sekarang mengajar di Jurusan Kimia, Fakultas
Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro (1994-sekarang). Pernah
memenangkan lomba menulis esai untuk cerita bersambung di majalah berbahasa
Jawa Panjebar Semangat tahun 2006. Menulis artikel kesehatan, wanita, dan
cerpen di media berbahasa Jawa Panjebar Semangat dan Jayabaya. Puisi-puisinya
dimuat dalam antologi bersama antara lain, Sang Peneroka (2014), Cinta Magenta
(2015), Untuk Jantung Perempuan (2015), 1000 Newhaiku Indonesia (2015), Kitab
Karmina Indonesia (2015), Puisi Menolak Korupsi 5 (2015), Dari Negeri Poci 6
(2015), Memo Anti Terorisme (2015), Arus
Puisi Sungai (2016), dan Puisi Peduli Hutan (2016).
0 comments:
Post a Comment