Rakyat
Rakyat adalah mereka yang
lugu
menjadi bulan-bulanan
politik
dan sebagai ladang bagi elit
politik
Rakyat adalah mereka yang
melongo
memandangi kibaran bendera
partai
dan umbul-umbul partai
menghias ubun-ubun bumi
bagai sebuah pertandingan
Rakyat adalah mereka yang
dijadikan tumbal
bagi sebuah kursi dan demi
keuntungan pribadi
Rakyat adalah mereka yang
hanya berharap
sepiring nasi, sepotong
tahu-tempe, atau sepotong ikan asin,
serta sesendok kecil sambal
Rakyat adalah mereka yang dijadikan biji dadu
dalam sebuah pertaruhan kursi DPR
namun, rakyat bukanlah pengemis
justru dia-dia itulah yang mengemis suara rakyat
Kertak Hanyar, 23 November
2008
RPP
Kami ingin menyatu dengan
kecakapanmu agar bangsa ini
mampu bangkit dari keterpurukan
Kami ingin siring dengan
kepiawaianmu agar bangsa ini
sejajar dengan bangsa-bangsa di dunia
Kami ingin bergandengan tangan
dengan keluwesan gerak-gerikmu
agar bangsa ini dipandang dua belah
mata oleh bangsa-bangsa di dunia
Kami ingin bermesraan dengan
keseksian tubuhmu
agar rupiah tidak lagi di bawah dolar
Kamulah metode
kamulah model
kamulah pembelajaran yang
cantik itu.
Banjarbaru, 5 Desember 2008
Oh Pelaut, Mengapa Ada Saat Berpisah
Debur ombak hias-hias bening
bola mata
Nyanyian alam sepi lepas
bahari
Tadah doa-doa kecil suci
untuk papa di sana dan
setetes tangis
Debur ombak ajak canda
ajak bising dalam hening
Mari reguk segelas wisky
biar kita lupa pada mama
pada sejengkal tanah merah
yang dulu kita pijak
Debur ombak peluk seekor
camar muda
Garis mimpi kisah kasih
terpisah
untuk lenggang temu antara
kita
seperti jumpa musim semi
Debur ombak lepas lara
bernantian di pantai sepi
Pelaut datanglah untuk
purnama ini
satukan lengan kita lagi
Kompleks AL, 1982
Gumam
Keseharian adalah sebuah
keindahan
andai keseharian mampu
menyatu
dengan jiwa yang tulus
Banjarbaru, 30 November 2008
Kemilau
Maaf, biarkan aku memandang
wajahmu
Tetaplah kau duduk di sana
agar aku leluasa menikmati
wajahmu
Maaf, biarkan semua orang
duduk
dalam wujud kenisbian
Tapi kau tetaplah di sana
Maaf, buku-buku berak-rak
ikut menatap wajahmu
menyanjung seribu kata
Kanwil Perpustakaan, 26 November 1985
Biodata Penyair
Aria Patrajaya yang walaupun merasa dirinya
bukan penyair tapi kadang-kadang bisa dan suka menulis puisi
dan ia pun suka membaca cerpen. Aria yang bekerja sebagai guru SMPN 1 Kertak
Hanyar pernah menjadi juara ke-2 dalam penulisan puisi dan cerpen bahasa Banjar
di tingkat provinsi. Ia juga sering mengikuti diskusi dan seminar sastra di
tingkat kabupaten dan provinsi Kalimantan Selatan.
Walaupun
sekarang ia jarang menulis puisi namun sastra tetap dihatinya, karena
bagaimanapun, ia sebagai guru Bahasa Indonesia pasti akan berhadapan dengan
sastra dan karya sastra. Di Kertak Hanyar, sebagai salah satu kecamatan di
Kabupaten Banjar ia diusung oleh teman-temannya sebagai Ketua (Komunitas Sastra
Indonesia) KSI cabang Kertak Hanyar untuk membina sastra.
0 comments:
Post a Comment