Ada sejarah
panjang di wilayah yang kini dikenal dengan sebutan Republik Rakyat China
(RRC). Pergantian dari pemerintahan satu ke pemerintahan berikutnya mewarnai
kehidupan di sana, yakni dari Dinasti Xia, Dinasti Shang, Dinasti Zhou,
Periode Musim Semi dan Musim Gugur, Periode Negara Perang, Dinasti Qin, Dinasti
Han, Zaman Tiga Negara, Dinasti Jin dan Enam Belas Negara, Dinasti Utara dan
Selatan, Dinasti Sui, Dinasti Tang, Dinasti Song, Dinasti Yuan, Dinasti Ming,
Dinasti Qing, Republik China, dan sekarang Republik Rakyat China.
Dari sekian pemerintahan tersebut
di atas, Dinasti Ming lah yang agaknya menarik perhatian. Mengapa? Sebab, ada sebuah
puisi Islami yang lahir dari seorang kaisar saat dinasti ini menunjukkan
eksistensinya. Lebih tepatnya ia adalah kaisar pertama sekaligus pendiri
dinasti yang menggantikan Dinasti Yuan itu, yakni bernama Zhu Yuanzhang atau
yang bergelar Kaisar Hong Wu. Dikenal pula dengan sebutan Raja Zhu.
Puisinya begitu memukau karena
berisi pujian yang dalam terhadap Nabi Muhammad saw. Seorang nabi suci dan
terakhir dalam Islam. Dan mengenai puisi yang Islami itu bisa kita pahami—sebab-musababnya—dari
kehidupannya sehari-hari. Selama memerintah Ming sektiar 30 tahun (1368—1398 M)
misalnya, Raja Zhu (Zhu Yuanzhang) dikenal dekat dengan kaum muslim saat itu. Sebagai
kaisar, ia mempunyai sekitar sepuluh jenderal beragama Islam seperti Zheng He
(Laksamana Cheng Ho), Hu Dahai, Lan Yu, Mu Ying, dan Jenderal Chang Yuchun.
Bahkan, permaisurinya, yakni
Permaisuri Ma adalah seorang muslimah dari Suku Bangsa Hui. Perlu diketahui
juga bahwa Raja Zhu ini awalnya seorang anggota dari kelompok pemberontak
Muslim di bawah pimpinan Guo Zhixin (memberontak Dinasti Yuan yang zalim).
Di samping itu semua, selain
membenahi masjid-masjid yang sudah berdiri sejak pertama kali Islam masuk pada
masa Dinasti Tang, ia juga memerintahkan bawahannya membangun masjid-masjid
baru seperti di Nanjing, Yunnan,
Guangdong, dan Fujian. Di Nanjing ia memerintahkan pembangunan Masjid Jingjue.
Masjid ini masih ada dan difungsikan hingga sekarang setelah mengalami
pembanguna kembali akibat kebakaran dan juga renovasi besar.
Karena hal-hal itu pulalah
sebagian orang meyakini Kaisar Hong Wu sebenarnya seorang muslim dan DInasti
Ming sebagai dinasti Islamnya orang-orang Suku Bangsa Hui masa itu.
Kembali ke puisi Islaminya
tersebut, sudah ia tempatkan di masjid-masjid yang dibangunnya. Dan, seperti
terlansir di The
Muslim Times puisi aslinya (dalam bahasa
Mandarin), setiap lariknya teridiri atas empat kata atau karakter dan empat
suku kata. Berikut adalah terjemahannya dalam bahasa Indonesia.
Seratus Kata Sanjungan
Karya Raja Zhu Yuanzhang (Pendiri Dinasti Ming)
Semenjak penciptaan alam semesta
Langit telah menunjuk
Sang Pengajar Iman Agung
Dari Barat dia lahir
Untuk menerima Kitab Suci
Dengan tiga puluh juz
Menuntun semua umat manusia
Raja dari segala Raja
Pemimpin para orang suci
Dengan dukungan dari langit
Melindungi bangsanya
Dengan lima ibadah setiap hari
Dalam hening mengharap kedamaian
Dengan hati tertuju pada Allah
Membantu yang tidak mampu
Menyelamatkan mereka dari malapetaka
Melihat yang tidak terlihat
Menarik sekalian jiwa dan batin
Jauh dari perbuatan dosa
Belas kasih pada dunia
Menulusuri jalan masa lalu yang terkarunia
Membasmi kejahatan untuk selamanya
Agama murni dan sejati
Muhammad,
Yang Mulia dan Agung
Sajak
di atas masih dapat dijumpai di beberapa masjid semisal dituliskan dalam sebuah
prasasti di Masjid Jingjue, Nanjing.
Sebagai tambahan, saat Raja Zhu
bertahta, Nanjing yang merupakan Ibu Kota Dinasti Ming kala itu dibanjiri oleh kaum muslim Hui dari
berbagai penjuru dinasti tersebut. Orang-orang Islam Hui pun memiliki porsi
yang penting dalam struktur pemerintahan, perdagangan, pendidikan, dan
kemiliteran termasuk pengangkatan sepuluh jenderal tersebut di atas. Ia juga
menerbitkan undang-undang yang berisi larangan meminum minuman memabukkan dan menjadikan
kalender Islam menjadi kalender resmi serta Dinasti Ming menjalin hubungan baik
dengan kerajaan-kerajaan muslim.
0 comments:
Post a Comment