Dalam bukunya
berjudul Teori Puisi Modern Indonesia,
Tajuddin Noor Ganie mengatakan bahwa berdasarkan
potensi komunikasinya, puisi modern Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi 2
jenis, yakni diaphan (polos, transparan), dan puisi prismatis (gelap, tidak transparan).
Menurut Semi (1993:101), puisi diaphan termasuk jenis
puisi yang diklasifikasikan berdasarkan sifat penulisannya, yakni puisi yang
menyatakan suatu maksud dengan sedikit sekali memakai lambang-lambang atau simbol-simbol.
Kata-kata
yang digunakan adalah kata-kata denotatif, yaitu kosakata kamus yang polos dan
transparan, dengan arti kata yang sudah dikenal umum dalam pemakaian
sehari-hari. Hampir-hampir tanpa lambang sama sekali, dan tanpa kosakata dengan asosiasi yang rumit sama sekali. Sehingga makna muatan dan makna ikutannya
dapat dipahami dengan mudah oleh para pembacanya.
Pada
umumnya puisi tradisional dapat digolongkan ke dalam puisi diaphan. Sungguh pun
demikian, puisi-puisi modern masih banyak yang dapat digolongkan ke dalam jenis
ini, dalam arti bahwa puisi tersebut tidak terlalu sukar ditangkap maksudnya.
Pada umumnya puisi (modern) yang digolongkan ke dalam jenis ini adalah
puisi-puisi naratif, yang bersifat membeberkan atau bercerita tentang sesuatu.
Menurut Ganie (2012), setidak-tidaknya ada 3 genre/jenis
puisi yang lajim ditulis dengan pendekatan komunikasi langsung (denotatif),
yakni puisi demonstrasi, puisi didaktif (termasuk didalamnya puisi dakwah), dan
puisi mbeling.
Puisi
demonstrasi adalah puisi yang mengungkapkan suasana perlawanan
menentang tirani pada tahun 1966. Istilah lain puisi perlawanan, puisi protes,
dan puisi pamplet (diolah kembali berdasarkan paparan Zaidan dkk, 1994:160). Berikut
adalah contohnya.
KITA ADALAH PEMILIK SAH REPUBLIK INI
Karya Taufiq Ismail
Tidak ada lagi pilihan. Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat berakhiran:
”Duli Tuanku?”
Tidak ada pilihan lain. Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya merdeka
Kita yang tak punya dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus
Berjalan terus.
PERNYATAAN
Karya Mansur Samin
Sebab terlalu lama meminta
Tangan terkulai bagai dikoyak
Sebab terlalu pasrah pada derita
Kesetiaan makin diinjak
Demi amanat dan beban rakyat
Kami nyatakan ke seluruh dunia
Telah bangkit di tanah air
Sebuah aksi perlawanan
Terhadap kepalsuan dan kebohongan
Yang bersarang dalam kekuasaan
Orang-orang pemimpin gadungan
Maka ini pagi
Dengan resmi
Kami mulai
Aksi demonstrasi
Pernyataan ini
Disahkan di Jakarta
Kami Mahasiswa Indonesia
Berminat membaca bagian-bagian lainnya, seperti klasifikasi genre puisi
modern berdasarkan tipografi visual, klasifikasi genre puisi modern berdasarkan
jumlah baris per bait, elemen bahasa puisi modern Indonesia, juga gaya bahasa dan sarana retorika? Silakan membacanya di buku Teori Puisi Modern Indonesia. Pembelian buku bisa melalui nomor 08195188521.
0 comments:
Post a Comment