7. Membuat
Judul yang Merangsang Minat Baca Anak
Memang ada
pepatah bahwa jangan pilih luarnya, tapi pilihlah isinya. Namun alangkah
baiknya membuat baik luar dan dalam.
Seperti buah manggis. Lima di luar, lima di dalam. Bahkan, sebenarnya
yang di luar merupakan gambaran yang di dalam. Maka, buatlah judul yang menarik minat baca anak. Judul tidak
perlu panjang. Judul tidak perlu ada singkatan yang tidak umum. Tapi, buatlah
judul yang merangsang keingintahuan anak. Sebab, anak-anak pada umumnya
memiliki rasa ingin tahu yang besar.
8. Menyikapi
dengan Positif Hal-Hal yang Tidak Diharapkan agar Tulisan yang Dihasilkan Lebih
Menarik
Saat
menulis atau saat ingin menulis ada saja hal-hal yang tidak diharapkan muncul
di hadapan kita. Idealnya seorang penulis tidak tergesa-gesa menyikapinya.
Sifat tergesa-gesa hanya akan membuat tulisan menjadi kacau sehingga tidak
menarik.
Nah, apa
saja hal-hal yang tidak diharapkan itu dan bagaimana cara menyikapinya?
-
Susah Saat Memulai
Pernahkah Anda
mengalaminya?
Kalau
pernah itu wajar. Bukan hanya rasa malas yang muncul saat kita hendak mulai
menulis. Akan tetapi, rasa bingung hendak memulainya dari mana. Maka, sikapilah
dengan cara-cara positif, yakni antara lain:
Pertama,
membuat kerangka karangan seperti yang sudah
kita bahasa di atas tadi.
Kedua, menulis sebaik mungkin paragraf
pembuka. Selain sebagai pemancing minat
baca, sebenarnya kalimat pembuka sangat berperan dalam memunculkan kata-kata
selanjutnya. Paragraf pembuka bisa dikatakan sebagai perangsang otak kanan
untuk memproduksi kata-kata.
Ketiga,
menyalin paragraf dari cerita karya
orang lain ke dalam lembar kerja kita. Sebenarnya cara ketiga ini termasuk
ekstrim. Akan tetapi, hal ini bukan sebuah pelanggaran. Bukan termasuk plagiat.
Mengapa? Karena, penempatan paragraf orang lain ini hanya sekadar merangsang otak
kanan lantaran kesusahan membuatnya sendiri. Setelah tulisan selesai dibuat,
paragraf awal dari orang lain itu dihapus. Maka, jadilah karya sendiri, bukan
jiplakan.
-
Mendapatkan Nama-Nama Tokoh yang Bagus Plus
Karakter Masing-Masingnya
Nama-nama
tokoh cerita idealnya disesuaikan dengan bagian-bagian lainnya. Misalnya saja latar.
Sebut saja latar tempatnya di Banjarmasin, tidak cocok nama-nama tokohnya
seperti Kenta, Haruka, Han Yo Ra, atau Park Shin Hye. Akan tetapi, lebih cocok
dengan nama-nama seperti Musdalifah, Anasabiqatul
Husna, dan Jahdiah. Kecuali kalau ada tokoh pendatang bisa dipakai nama seperti
Purnomo, Jimmy Lin, atau Le Min Ho.
Mengenai
karakter, tentu berkaitan dengan perwatakan tokoh. Untuk bacaan anak, usahakan
membuat perwatakan yang tidak berpotensi membuat anak menjadi nakal, terlalu
manja, dan sifat-sifat buruk lainnya. Dengan penggunaan nama yang bagus seperti
itu, diharapkan wataknya juga bagus. Hal ini menjadi unsur pendidikan terhadap
anak agar berakhlak mulia sesuai nama baik yang dipakainya.
Bagaimana
dengan tokoh antagonisnya? Agar cerita menarik, memang tokoh ini idealnya
dimunculkan. Akan tetapi, tidak serta merta perwatakannya menjadi contoh buruk
untuk pembacanya. Dari sifat buruk tentulah tersimpan nurani yang baik. Di
situlah tugas kita sebagai penulis menampilkannya tanpa adanya unsur menggurui.
-
Kebuntuan Ide atau Writer Block
Apa yang
paling ideal kita lakukan saat terserang virus wb ini? Selain membuat kerangka karangan, berdasarkan pengalaman,
yang terbaik adalah tinggalkan lembar kerja penulisan. Otak perlu refreshing. Kita bisa berjalan-jalan
keluar rumah, atau ambil air wudu lalu salat. Biasanya ketika kita lepas dari
kegiatan menulis, ide akan muncul kembali. Setelah muncul itulah, kembali ke
meja tulis. Atau jika belum muncul juga, bacalah surat kabar atau bacaan
lainnya sebagai upaya kita mendapatkan ide-ide baru.
-
Menciptakan Klimaks dan Menyudahi Cerita
Ini bisa
kita atasi dengan pembuatan kerangka karangan seperti yang sudah kita bahas
tadi. Sebuah cerita bisa kita analogikan sebagai sebuah bangunan yang utuh.
Kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf
di dalamnya ibarat bagian-bagian sebuah bangunan. Maka, bangunlah cerita
dengan rapi.
9. Melakukan
Hal-Hal Tambahan Setelah Cerita Anak Selesai Ditulis
-
Mencetak
cerita pada lembar kertas
-
Menyunting
cerita
-
Membacanya
kembali
-
Mengukur
keterbacaannya
-
Meminta
teman untuk membacanya
-
Menyikapi
dengan baik tanggapan teman yang membacanya
-
Mengirimkan
ke media massa atau penerbit
Demikianlah
tip menulis cerita agar diterima dan diminati anak Selebihnya memerlukan kerja
sama dari berbagai pihak. Misalnya ilustrator yang andal, desainer grafis, penyunting,
redaktur, dan pihak lainnya. Akhirnya saya sampaikan, “Selamat menulis dan wassalam!”
0 comments:
Post a Comment