Sastrawan yang satu ini lebih dikenal sebagai penyair gurindam. Benar saja, bersama gurindam karyanya, ia “meroket
ke langit” sastra nusantara kita. Misalnya pada Juli 2014 bersama buku
gurindamnya yang berjudul Banjar Negeri
Harum 1001 Gurindam, dirinya tampil memukau di Teater Kecil, Taman Ismial Marzuki,
Jakarta.
Pria kelahiran Kadangan, Kalimantan Selatan pada 2 Januari 1948
ini sebenarnya telah lama berkarya sastra. Ia aktif menulis sastra sejak tahun
1963. Pada masa 1970-an awal banyak puisinya dimuat dalam surat kabar harian
semisal Banjarmaisn Post, Dinamika Berita, dan Gawi Manuntung. Akan tetapi, sekitar tahun 1972 aktivitas
menulisnya tersebut tak terlihat lagi. Seakan lenyap ditelan Buto Ijo. Dan kembali aktif menulis pada
2008 lalu sampai sekarang.
Karya-karyanya yang telah terbit dalam bentuk buku antara
lain, Serumpun Ayat-Ayat Tuhan
(antologi puisi, 2012), Asmaul Husna:
Membuka Jalan Menggenggam Cinta (antologi puisi, 2012), Balahindang Sakumpul Sapalimbaian (buku puisi dalam bahasa Banjar
dan Indonesia, 2013), InsyaAllah, Jalan Itu Ada, Imelda!
(Kumcer, 2014), dan Banjar Negeri Harum
1001 Gurindam (2014).
Berikut adalah tiga contoh puisi karyanya.
Pernah
Sayang
Bila engkau pernah sayang
Sanjungan yang pernah dilepas, jangan
dibuang
Titipkan sama burung yang selalu terbang
Bermadah kicau, alam menyambut sayang
Bila engkau pernah sayang
Jangan cinta dipatah, hati dengan benci
Sengsara jiwa, buah tak jadi
Cinta dipatah, retaklah cermin
Cemberut muka tampak jiwa menyesal nasib
Bila sayang ditanam, pasti kasih bersambut
Daun yang layu berputik rindu
Insya Allah, benci membawa hikmah
Maha Memperhitungkan Al-Hasib
Setiap makhluk telah dicukupkan
Dengan hitungan
Nikmat mengalir dalam gerak
Do’a dan ihtiar ditebar semerbak
Gerak do’a dilengkapi dengan kekuatan iman
Gerakihtiar dilengkapi dengan kekuatan akal dan pikiran
Itulah makhluk manusia menerjemahkan
Hewn dan tumbuh tumbuhan
Kekuatan dan nalurinya
Kehidupan dan habitatnya
Air angin bulan dan matahari membentuk musim yang membawa
Menambah rimbunnya cinta bertarung di padang buruan
Saling mengisi dan memberi
Menatap Dia Yang Penuh Keagungan
Diperhitungkan segala yang diberi
Yang tercecer sia sia tergenggam dan terbagi
Cahaya yang menuntun dalam terang yang luhur
Keseimbangan perhitungan mengatur
Yang nyata maupun yang tersembunyi
Dia Maha Luhur dalam menata dan memperhitungkan
KuasaNya tak terhingga dalam menilai
Bila
Daun Berzikir
Daun diam, bila daun berzikir
Memandang angin semilir
Daun diam, bila daun berzikir
Memandang hangat matahari mengalir
Maka hijaulah cintanya, daun berzikir
Daun bergoyang, bila daun asyik berzikir
Di majelis angin lembut berdesir
Daun menguning emas, bila daun di puncak
zikir
Di majelis matahari, membakar cinta
Menghias rimbun, menyebar teduh
Gugurlah daun dihantar senja yang kuning
Tertelentang, tertelungkup memeluk bumi
Daun berzikir, humus membumi, asal berseri
Daun gugur
Kuning emas
Cintanya lebur
Kembali
0 comments:
Post a Comment