Di
Kampung Mantangai ada seorang tabib wanita bernama Nyai Indu Runtun yang
terkenal, baik keampuhan dalam hal pengobatan, kecerdikan, maupun budi
pekertinya.
Kehebatan
Nyai Indu Runtun ternyata tidak hanya di mata sesamanya, orang halus pun
mengakui keampuhannya. Tanpa memandang apa dan siapa pun, apabila dimintai pertolongan
ia selalu melayaninya dan memberi petuah-petuah yang mengarahkan kepada
keselamatan hidup. Orang-orang halus di dunia bawah yang disebut jata (makhluk halus di dalam air) yang
berupa buaya juga mengharapkan pertolongan pada Nyai Indu Rutun.
Di
Mantangai ada pergantian kepala kampung yang sudah berusia tua. Atas
kesepakatan semua warga kampung Nyi Indu Runtun dipilih menjadi kepala kampung.
Setelah Kampung Mantangai dipimpin oleh Nyai Indu Runtun, maka keadaan
masyarakat menjadi semakin aman.
Pada
suatu malam hujan rintik-rintik, Nyai Indu Runtun didatangi menteri utusan dari
dunia bawah untuk diminta bantuannya menyembuhkan adik raja buaya yang sedang sakit
kerongkongan. Dengan syarat harus diperbolehkan membawa seorang lelaki
pengantin baru dan istrinya yang telah disambar buaya, Nyai Indu Runtun
berangkat ke kerajaan buaya.
Pada
pagi harinya setelah malam hujan rintik-rintik itu, warga Kampung Mantangai
ribut mencari Nyai Indu Runtun yang dikira telah disambar buaya.
Akhirnya
Nyai Indu Runtun pun kembali dari kerajaan buaya dan orang-orang Kampung
Mantangai sangat gembira atas kedatangan Nyai Indu Runtun. Untuk mengenang dan
menyempurnakan roh Nyai Indu Runtun sampai sekarang di Sungai Mantangai sering
diadakan balian (upacara adat) dengan
berbagai sajian dan sansana (cerita),
serta nyanyian karungut (nyanyian
rakyat suku Dayak Ngaju).
0 comments:
Post a Comment