Di jagat sastra Indonesia, seorang Tajuddin Noor
Ganie dikenal sebagai sastrawan yang serba bisa. Ia tidak hanya mahir menulis
sastra, tetapi juga mahir membidani karya-karyanya hingga lahir dalam wujud
buku. Ia melalukannya secara apa adanya. Mulai dengan penggunaan mesin stensil hingga printer
sederhana. Tak sebatas itu saja, ia juga mahir dalam mempromosikan dan
mendistribusikan buku-bukunya tersebut. Dan saat kita menengok rekam jejak sastranya sedari awal, semasa
mudanya ia pernah mengarungi lautan dengan kapal
barang dari Banjarmasin menuju Pulau Jawa untuk mengikuti serangkaian acara
sastra di sana. Selama di kapal tersebut ia rela berbasah-basahan terkena air laut
siang dan malam.
Begitulah perjuangannya di jagat sastra. Kini,
di usia senjanya, ia sedang berjuang melawan penyakitnya di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Ulin Banjarmasin. Saat dijenguk di rumah sakit, ia menceritakan kronologi, mulai dari rumahnya hingga ia menjalani rawat inap. Berawal pada hari Senin pagi
(4/2/2019), ia terbangun dari tidurnya. Ketika saat hendak berdiri di kasur,
ia terjatuh. Begitu pula yang kedua kalinya. Merasakan ketidakwajaran pada tubuhnya, ia bersama
anak, istri, dan adiknya menuju RSUD Ulin Banjarmasin. Di sana (baca: rumah sakit
tersebut), ia dinyatakan terkena strok oleh dokter terkait. Ia pun disarankan
untuk menjalani rawat inap meskipun kondisinya saat itu masih bisa dikatakan
belum parah. Atas pertimbangan kalau-kalau terjadi hal lebih buruk di luar
rumah sakit, ia pun menyetujui saran tersebut. Benar saja, pada hari kedua di rumah
sakit, mulailah kaki dan tangan kanannya tidak bisa digerakkan.
Sampai sore kemarin (9/2/2019), kondisinya itu
masih sama, kaki dan tangan kanannya belum bisa digerakkan. Dengan dibantu istrinya,
pelan-pelan ia terus berusaha melatih kedua organ geraknya itu agar bisa pulih seperti sedia kala. Kita semua berharap ia segera sehat dan dapat beraktivitas kembali, termasuk dalam dunia sastra.
0 comments:
Post a Comment