Pada
zaman dahulu di muara Sungai Kahayan kedatangan sekelompok gajah yang
meninggalkan habitat asalnya.
Maksud
kedatangan gajah-gajah itu ialah mencari tempat tinggal yang terdapat makanan
dari air sekaligus ingin menguasai tempat yang baru mereka temukan. Pada suatu
hari mereka bertemu dengan seokor kancil. Mereka berkenalan dan bersepakat,
jika gajah-gajah itu kalah adu kekuatan dengan penguasa di tempat tersebut,
gajah-gajah itu menjadi hamba sahaya, dan jika gajah menang, ketua gajah
menjadi raja di tempat tersebut.
Setelah
itu kancil pergi mencari raja badak. Mendengar cerita kancil tentang
gajah-gajah dan tentang adu kekuatan tersebut, badak menyuruh kancil
mengumpulkan teman-teman mereka untuk mencari cara agar gajah-gajah dapat
mereka kalahkan.
Kancil
akhirnya mempunyai akal untuk membuat gajah-gajah itu menyerah dan mundur.
Dengan akalnya kancil menyiapkan sehelai bulu landak yang paling panjang, seruas
bambu yang berisi kentut binatang yang paling bau, dan satu lembar kulat barung
yang paling besar.
Dengan
perlengkapan itu kancil bersama-sama temannya dan raja badak pergi ke tempat
gajah-gajah tersebut. Kancil mendekati kelompok gajah dan memanggil pemimpin
gajah untuk menunjukkan ketiga benda yang dibawanya kepada pemimpin gajah.
Saat
itu kancil menjelaskan kepada pemimpin gajah bahwa rajanya tidak usah datang
dahulu, tetapi cukup dengan memperlihatkan beberapa hal sebagai gambaran dari
raja di tempat itu. Bulu landak yang paling panjang dikatakan kancil adalah
rambut ketiak raja. Isi ruas bambu dikatakan kancil kepada pemimpin gajah
adalah kentut raja. Kulat barung dikatakan kancil kepada pemimpin gajah adalah
telinga raja. Melihat dan mengetahui ketiga benda itu, pemimpin gajah gemetar
ketakutan dan menyerah.
0 comments:
Post a Comment