|
Pasal 11 - Traverse |
Setelah membaca
judul di atas, mungkin sebagian orang akan bertanya apakah guridam itu dan
siapakah sebenarnya Raja Ali Haji?
Gurindam merupakan
salah satu puisi lama dalam masyarakat Melayu di Indonesia. Puisi lama jenis
ini terdiri atas dua bait. Masing-masingnya terdiri dua baris atau larik dengan
rima yang sama. Baris pertama berisi persoalan, masalah, atau berupa perjanjian.
Sementara isi baris keduanya berupa jawaban atau akibat dari masalah atau
perjanjian pada baris pertamanya. Nama
gurindam berasal dari bahasa Tamil yaitu kirindam karena memang asal puisi ini
dari sana yang dibawa oleh orang Hindu (sastra Hindu).
Nah,
gurindam yang terkenal adalah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Mengapa ada
“dua belas” setelah kata gurindam tersebut? Ini karena di dalamnya memiliki dua
belas pasal. Raja Ali Haji yang saat itu berusia 38 tahun berhasil
menyelesaikan gurindam berisikan nasihat dan petunjuk menuju hidup yang diridai
Allah swt ini pada 23 Rajab 1264 H atau bertepatan dengan tahun 1847 M.
Lalu
siapakah Raja Ali Haji? Ia dikenal sebagai sastrawan dan pahlawan nasional yang
lahir pada tahun 1808 di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau dengan nama asli
tengku Haji Ali Al-Haj bin Tengku Haji Ahmad bin Raja Haji Fisabillah bin Opu
Daeng Chelak .
Selain
sastrawan, sebenarnya ia juga seorang cendekiawan terkemuka yang banyak melahirkan
karya di bidang yang beragam, seperti bidang bahasa, agama, dan hukum pemerintahan.
Ia memilih melakukan perlawanan
intelektual dan budaya dalam menghadapi budaya barat melalui karya-karyanya dalam
bentuk buku itu. Ia paham betul bahwa pihak kolonial Belanda membawa budaya
mereka dengan tujuan mengubur kebudayaan Melayu dan Nusantara. Atas jasa-jasanya
tersebut, Pemerintah RI menganugerahinya gelar Pahlawan Nasional berdasarkan
Keputusan Presiden RI No. 089 TK Tahun 2004 tanggal 5 November 2004.
Berikut adalah
12 pasal dalam gurindam karya Raja Ali Haji.
Gurindam Pasal 1
Barang siapa tiada
memegang agama
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa
mengenal yang empat,
maka ia itulah orang yang ma'rifat
Barang siapa
mengenal Allah,
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.
Barang siapa
mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan yang bachri.
Barang siapa
mengenal dunia,
tahulah ia barang yang teperdaya.
Barang siapa
mengenal akhirat,
tahulah Ia dunia mudarat.
Gurindam Pasal 2
Barang siapa
mengenal yang tersebut,
tahulah ia makna takut.
Barang siapa
meninggalkan sembahyang,
seperti rumah tiada bertiang.
Barang siapa
meninggalkan puasa,
tidaklah mendapat dua termasa.
Barang siapa
meninggalkan zakat,
tiadalah hartanya beroleh berkat.
Barang siapa
meninggalkan haji,
tiadalah ia menyempurnakan janji.
Gurindam Pasal 3
Apabila terpelihara
mata,
sedikitlah cita-cita.
Apabila terpelihara
kuping,
kabar yang jahat tiadalah damping.
Apabila terpelihara
lidah,
niscaya dapat daripadanya faedah.
Bersungguh-sungguh
engkau memeliharakan tangan,
daripada segala berat dan ringan.
Apabila perut
terlalu penuh,
keluarlah fi'il yang tiada senonoh.
Anggota tengah
hendaklah ingat,
di situlah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah
peliharakan kaki,
daripada berjalan yang membawa rugi.
Gurindam Pasal 4
Hati kerajaan di
datam tubuh,
jikalau lalim segala anggota pun rubuh.
Apabila dengki
sudah bertanah,
datanglah daripadanya beberapa anak panah.
Mengumpat dan
memuji hendaklah pikir,
di situlah banyak orang yang tergelincir.
Pekerjaan marah
jangan dibela,
nanti hilang akal di kepala.
Jika sedikit pun
berbuat bohong,
boleh diumpamakan mulutnya itu pekong.
Tanda orang yang
amat celaka,
aib dirinya tiada ia sangka.
Bakhil jangan diberi
singgah,
itu pun perampok yang amat gagah.
Barang siapa yang
sudah besar,
janganlah kelakuannya membuat kasar.
Barang siapa
perkataan kotor,
mulutnya itu umpama ketur.
Di mana tahu salah
diri,
jika tidak orang lain yang berperi.
Gurindam Pasal 5
Jika hendak
mengenai orang berbangsa,
lihat kepada budi dan bahasa,
Jika hendak
mengenal orang yang berbahagia,
sangat memeliharakan yang sia-sia.
Jika hendak
mengenal orang mulia,
lihatlah kepada kelakuan dia.
Jika hendak
mengenal orang yang berilmu,
bertanya dan belajar tiadalah jemu.
Jika hendak
mengenal orang yang berakal,
di dalam dunia mengambil bekal.
Jika hendak
mengenal orang yang baik perangai,
lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.
Gurindam Pasal 6
Cahari olehmu akan
sahabat,
yang boleh dijadikan obat.
Cahari olehmu akan
guru,
yang boleh tahukan tiap seteru.
Cahari olehmu akan
istri,
yang boleh dimenyerahkan diri.
Cahari olehmu akan
kawan,
pilih segala orang yang setiawan.
Cahari olehmu akan
abdi,
yang ada baik sedikit budi,
Gurindam Pasal 7
Apabila banyak
berkata-kata,
di situlah jalan masuk dusta.
Apabila banyak
berlebih-lebihan suka,
itulah landa hampirkan duka.
Apabila kita kurang
siasat,
itulah tanda pekerjaan hendak sesat.
Apabila anak tidak
dilatih,
I'ika besar bapanya letih.
Apabila banyak
mencela orang,
itulah tanda dirinya kurang.
Apabila orang yang
banyak tidur,
sia-sia sahajalah umur.
Apabila mendengar
akan kabar,
menerimanya itu hendaklah sabar.
Apabila mendengar
akan aduan,
membicarakannya itu hendaklah cemburuan.
Apabila perkataan
yang lemah-lembut,
lekaslah segala orang mengikut.
Apabila perkataan
yang amat kasar,
lekaslah orang sekalian gusar.
Apabila pekerjaan
yang amat benar,
tidak boleh orang berbuat onar.
Gurindam Pasal 8
Barang siapa khianat
akan dirinya,
apalagi kepada lainnya.
Kepada dirinya ia
aniaya,
orang itu jangan engkau percaya.
Lidah yang suka
membenarkan dirinya,
daripada yang lain dapat kesalahannya.
Daripada memuji
diri hendaklah sabar,
biar dan pada orang datangnya kabar.
Orang yang suka
menampakkan jasa,
setengah daripada syarik mengaku kuasa.
Kejahatan diri
sembunyikan,
kebalikan diri diamkan.
Keaiban orang
jangan dibuka,
keaiban diri hendaklah sangka.
Gurindam Pasal 9
Tahu pekerjaan tak
baik tetapi dikerjakan,
bukannya manusia yaitulah setan.
Kejahatan seorang
perempuan tua,
itulah iblis punya penggawa.
Kepada segaia
hamba-hamba raja,
di situlah setan tempatnya manja.
Kebanyakan orang
yang muda-muda,
di situlah setan tempat berkuda.
Perkumpulan
laki-laki dengan perempuan,
di situlah setan punya jamuan.
Adapun orang tua
yang hemat,
setan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda
kuat berguru,
dengan setan jadi berseteru.
Gurindam Pasal
10
Dengan bapak jangan
durhaka,
supaya Allah tidak murka.
Dengan ibu hendaklah
hormat,
supaya badan dapat selamat.
Dengan anak
janganlah lalai,
supaya boleh naik ke tengah balai.
Dengan isteri dan
gundik janganlah alpa,
supaya kemaluan jangan menerpa.
Dengan kawan
hendaklah adil
supaya tangannya jadi kafill.
Gurindam Pasal
11
Hendaklah berjasa,
kepada yang sebangsa.
Hendaklah jadi
kepala,
buang perangai yang cela.
Hendaklah memegang
amanat,
buanglah khianat.
Hendak marah,
dahulukan hajat.
Hendak dimulai,
jangan melalui.
Hendak ramai,
murahkan perangai.
Gurindam Pasal
12
Raja mufakat dengan
menteri,
seperti kebun berpagarkan duri.
Betul hati kepada
raja,
tanda jadi sebarang kerja.
Hukum adil atas
rakyat,
tanda raja beroleh inayat.
Kasihan orang yang
berilmu,
tanda rahmat atas dirimu.
Hormat akan orang
yang pandai,
tanda mengenal kasa dan cindai.
Ingatkan dirinya
mati,
itulah asal berbuat bakti.
Akhirat itu terlalu
nyata,
kepada hati yang tidak buta.
Keterangan kata-kata yang kurang lazim dalam gurindam di atas:
ma’rifat: tingkat penyerahan diri kepada Tuhan yang setahap
demi setahap sampai pada tingkat keyakinan yang kuat.
menyalah: melakukan
kesalahan
bachri:
hal mengenai lautan (luas)
mudarat:
sesuatu yang tidak menguntungkan atau tidak berguna
fi’il: tingkah
laku, perbuatan
termasa : tamasya
pekong : (pekung) penyakit
kulit yang berbau busuk
kafill: majikan atau orang yang menanggung kerja
inayat : pertolongan atau bantuan