AIR MATA TASBIHKU
Air mata ini adalah tasbihku
ketika malam tersayat sunyi
rembulan mulai bersembunyi
tiupan angin bernyanyi sepi
Air mata ini adalah tasbihku
ketika hati tak lagi tertawa
senyuman menjadi air mata
jalinan cinta menjadi luka
Air mata ini adalah tasbihku
di saat senja tak lagi merona
dedaunan gugur tanpa bunga
sejak pelangi pudar warnanya
Air mata ini adalah tasbihku
ketika ruh menangis dalam raga
ketika tawa telah menjadi langka
ketika doaku tak lagi bermakna.
Lalaya
Barabai
TUNGKU TAK BERASAP
Asap tak lagi mengepul
dari tungku-tungku yang berkubang
kayu-kayu kering membusuk dimakan rayap
merah menyala dilahap biru membara
Aroma khas berubah culas
jiwa-jiwa tak jarang terlepas
ketika bom waktu melibas
Tungku-tungku sang waktu
tak lagi berpihak padamu
kini hanya di pinggir-pinggir peradaban
kutemukan wajahmu yang muram.
Lalaya
Barabai
EMBUSAN KISAH SENJA
Apa yang terjadi pada bathinmu
hingga tak bisa menerima
dan mencerna makna embusan kisah
yang selalu tersapa di setiap senja tiba
Ke mana mata bathinmu kau buang
hingga tiada satu pun
yang mengisi perasaanmu
di hati yang telah terpahat.
MENANTI RASA SESUNGGUHNYA
Pucuk daun cinta mengabarkan tentang rasa
yang pernah bersemayam dalam pikiranku
yang sejak kemarin bergundah
oleh jiwamu yang kini terbebaslah sudah!
Rantai mata itu jelas tersurat pada keinginanku,
mantapkan
langkah jernihkan harapan baru
sedang rangkaian makna ketika tangan membelai
dan ingin menyentuh hati, yakinkah tulus diberi
Aku hidupkan kembali bunyi alunan surga
putarannya mengarahkan pada jalan berliku
detik demi detik kupadankan dengan jiwaku
kukisahkan dengan hitungan alam berikutnya
Jika jiwa menerima pada kehendak Tuhan
tak akan perlu menunggu atau pun meminta
diri ini memang milik Penguasa seutuhnya
tapi rasa ini bisa kuasai dengan sepenuhnya
(Menantikan
kehadiran rasa yang sesungguhnya).
Barabai,19-03-2019
Sekilas tentang Rusdi Fauzi
Rusdi Fauzi dikenal sebagai salah seorang sastrawan dari Kalimantan Selatan. Ia kelahiran Barabai pada tanggal 11 Agustus 1971. Selain menulis, ia juga aktif sebagai pelatih tari tradisional dan penyanyi lagu-lagu Banjar. Rusdi Fauzi hingga kini tercatat sebagai pengurus dan anggota berbagai sanggar seni dan budaya Kabupaten Hulu Sungai Tengah di antaranya sanggar Tari MELATI (1980), sanggar Musik MERATUS (1991), Sanggar Sastra LALAYA (2013) dan tercatat sebagai pendiri cikal bakal Lapak Seni Dan Sastra Dwi Warna Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Karya-karyanya pernah di muat
dalam Antologi Puisi ASKS X di Banjarbaru dan Antologi
Puisi ASKS XI di Tapin/Rantau, Suara 5 Negara (Kumpulan
Puisi Penyair Lima Negara), Nyanyian Kacincirak (Antologi 6
Penyair Hulu Sungai Tengah/2015). Rusdi Fauzi mempersiapkan buku antologi Haiku
pribadinya yang berjudul Aksara Yang Terlarung Di Sungai Mimpi.
0 comments:
Post a Comment