Pria
kelahiran Wonogiri, 19 Maret 1972 ini bernama asli Aminudin Rifai. Ia seorang sarjana dan magister sastra yang telah
menulis esai, puisi, dan cerpen di berbagai media, baik media massa cetak,
maupun berbagai buku antologi (antologi bersama dan tunggal). Sebut saja Majalah
Sastra Horison, Harian Kompas, Jawa
Pos, Seputar Indonesia, Republika, Media Indonesia, Jurnal Puisi, Jurnal
Cerpen Indonesia, Majalah Panjimas, Matabaca, Jurnal Nasional, dan harian-harian lokal di
Lampung, Riau, Yogyakarta, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan
Selatan dengan senang hati memuat karya-karyanya.
Lalu,
bagaimana puisi-puisinya dalam buku antologi?
Ada
beberapa antologi bersama yang memuat puisi-puisnya antara lain,
1. Serayu (CV Harta Prima,
Purwokerto: 1995),
2. Oase (Titian Ilahy Press,
Yogyakarta: 1996),
3. Fasisme (Kalam Elkama,
Yogyakarta: 1996),
4. Mimbar
Penyair Abad 21 (Balai Pustaka, Jakarta: 1996),
5. Antologi
Puisi Indonesia (Angkasa, Bandung: 1997),
6. Tamansari (DKY, Yogyakarta: 1998),
7. Embun Tajalli (DKY, Yogyakarta:
2000),
8. Malam Bulan (MSJ, Jakarta: 2002),
9. Bentara:
Puisi Tak Pernah Pergi (Kompas, Jakarta: 2003),
10. Mahaduka Aceh (PDS H.B. Jassin,
Jakarta: 2005),
11. Ziarah Ombak (Lapena, Aceh, 2005),
12. Perkawinan
Batu (DKJ,
Jakarta, 2005),
13. Yogya 5,9
Skala Richter (Bentang Pustaka, Yogyakarta, 2006),
14. 142 Penyair
Menuju Bulan (Kelompok
Studi Sastra Banjarbaru, 2006),
15. Kenduri Puisi (Penerbit Ombak,
Yogyakarta, 2008),
16. Tanah Pilih (Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Prov. Jambi, 2008),
17. Antologia de
Poeticas (Kumpulan Puisi
Indonesia, Portugal, Malaysia (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008), dan
18. Antologi
Puisi Penyair Nusantara Musibah Gempa Padang (eSastera Enterprise, Kuala Lumpur, Malaysia, 2009).
Sedang
buku kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit, yakni Seperti
Bidadari Aku Meminangmu Buyung (1995), Kitab Rajam (Indonesiatera, Magelang: 2001), dan Perawan
Mencuri Tuhan (Pustaka Sufi, Yogyakarta: 2004).
Ada
esai-esainya yang terbit dalam antologi esai bersama, yakni Begini Begini
dan Begitu (Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 1997) dan Raja Mantra
Presiden Penyair (Yayasan Panggung Melayu,
Jakarta: 2007).
Sementara beberapa cerpennya juga dimuat dalam antologi cerpen Bingkisan Petir (Jaring Penulis Kaltim dan Penerbit Mahatari, Yogyakarta, 2005), Rabingah Aku Mencintaimu (Grafindo Media Litera Yogyakarta dan STAIN Purwokerto Press, 2007), Samarinda Kota Tercinta (Jaringan Penulis Kaltim dan Araska Yogyakarta, Yogyakarta, 2007).
Selain
menulis seperti tersebut di atas, ia juga menulis kata pengantar untuk beberapa
buku. Di antaranya adalah untuk buku Hujan Menulis Ayam (kumpulan cerpen Sutardji Calzoum Bachri, Indonesiatera, Magelang, 2001), Surat Putih (kumpulan puisi perempuan penyair Indonesia Risalah Badai, Jakarta,
2001), Perjalanan Hati karya Ririe Rengganis (Logung Pustaka,
Yogyakarta, 2004), dan Negeri Terluka (kumpulan puisi perempuan penyair Indonesia,
Risalah Badai, Jakarta, 2005).
Dalam
pertemuan sasterawan antarnegara “Dialog Borneo-Kalimantan VIII” pada Juli 2005
di Sandakan, Sabah, Malaysia, ia bertindak sebagai pembentang kertas kerja dan
pembaca puisi. Pada tahun
yang sama, ia berkemsempatan menjadi pemakalah dalam “Seminar Kritik Sastra”
Pusat Bahasa Depdiknas pada September 2005 di Jakarta.
Dirinya
pernah tiga kali diundang membaca puisi di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta
oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Kapan sajakah ketiganya itu? Pertama pada
acara “Mimbar Penyair Abad 21” (1996), kedua “Baca Puisi Tiga Kota” bersama
alm. Hamid Jabbar dan Iverdixon Tinungki (2003), dan ketiga “Cakrawala Sastra
Indonesia” (2005).
Di
luar aktivitasnya sebagai penulis, Amien sempat menjadi pekerja media dan
perbukuan; menjadi Pemred Majalah Empu Yayasan Tjoet Nja’ Dhien Yogyakarta (1998), Redaktur
Jurnal Budaya Kolong (2001), Pengurus Jurnal Cerpen Indonesia (2003-sekarang
nonaktif); Kepala Editor Penerbit YUI Yogyakarta (1999-2000), Kepala Editor Penerbit Indonesiatera Magelang (2000-2002), editor lepas
di beberapa penerbit Jakarta dan Yogyakarta, anggota Komite Bahasa dan Sastra
Dewan Kebudayaan Kota (DKK) Kotamadya Yogyakarta untuk periode kepengurusan
2003-2008, tapi pada awal 2004 ditinggalkannya amanah tersebut karena berangkat
menjadi peneliti di Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur.
Di
tempat barunya, Kaltim, ia mendirikan Jaring Penulis Kaltim (JPK), Sanggar
Sastra Remaja Indonesia (SSRI) Samarinda, dan menjadi kontributor pendirian
Studio Kata Bontang. Ia juga sempat menjadi pengasuh program ruang sastra di
Antaranews Radio FM 91.7 Samarinda.
0 comments:
Post a Comment