Saya sudah menyukai bercocok tanam sejak kecil. Masih terbayang dalam ingatan, waktu masih usia satu digit, saya menaman biji-biji tanaman (apa saja yang saya temukan). Ya, ada biji mangga, rambutan, dan lainnya. Masih terngiang di telinga ini saat seorang teman mengajak saya mengejar layang-layang putus dengan suara nyaring, saya malah asyik bertanam di kebun mini yang hijau.
Hobi saya itu ternyata tak lekang tergesek waktu perjalanan dalam kehidupan ini. Benar, hingga kini pun saya masih gemar berteman akrab dengan tanaman.
Nah, dari sekian pengalaman yang ada terkait hal di atas, ada satu jenis hewan yang membuat saya lumayan gemas. Apakah itu?
Namanya keren, yakni Bemisia Tabaci. Kalau di Indonesia dikenal dengan nama Kutu Kebul.
Mereka termasuk hama utama yang menyerang tanaman sayuran. Kalau didaftar, tanaman seperti cabai, tomat, terong, labu menduduki peringkat atas (top) yang digemari hama ini. Padahal, saya senang menanam semua yang top itu. (Jangan tanya jumlahnya, yang penting saya suka!)
Kutu ini melakukan serangan jitu yang berdampak negatif, baik bagi tanaman itu sendiri, maupun penanamnya. Betapa tidak? Pasukan putih ini mampu mengakibatkan kerusakan yang mengerikan. Mereka tidak sekadar bertelur dan menguasai bagian bawah daun. Tetapi juga menghisap dan menularkan virus kuning pada tanaman. Tak pelak lagi, daun tanaman akan mengalami klorosis, lalu layu, gugur, dan kemudian mati.
Lantas, apakah tanaman bersangkutan tidak melakukan perlawanan? Setidaknya membentuk barisan pertahanan? Sepanjang pengamatan saya, pasukan Kebul ini tidak mendapatkan perlawanan sengit, semisal tanaman mengeluarkan racun atau sejenisnya.
Para penanamlah yang membantu tanaman dalam mengalahkan Kebul-Kebul tersebut. Ada yang menggunakan senjata berupa insektisida kimia olahan pabrik besar. Ada juga yang buatan sendiri semisal dengan cairan tembakau, kunyit, daun pepaya, dan sebagainya. Bahkan, ada yang menggunakan kapur barus untuk mengusir para Kebul, yakni dengan aroma khas kapur tersebut. Yang memakai perangkap kuning juga ada. Perangkap ini bisa terbuat dari botol plastik atau benda lainnya yang dicat kuning. Setelah cat kering langsung diolesi lem, oli, atau minyak goreng agar kutu-kutu itu lengket dan tak bisa terbang lagi.
Selain itu ada juga yang melakukan pencegahan semisal dengan membuat greenhouse. Atau dengan sprinkler agar pasukan Kebul tidak berani mendekat.
Jika saya bandingkan, pasukan Kebul sama saja dengan pasukan Israel yang menyerang warga Palestina khususnya di Jalur Gaza. Sebagaimana yang kita tahu, warga Palestina tidak memiliki persenjataan selengkap Israel.
Agaknya, dalam hal inilah prinsip "persaudaraan muslim seperti satu tubuh" sangat layak diaplikasikan. Seminimalnya bantulah warga Palestina dengan doa.
Saya membayangkan, ada segelintir ninja yang mengajarkan ninjutsu kepada warga Palestina sebagai pertahanan dasar secara fisik atas perlakuan keji pasukan Israel terhadap mereka.
Saya juga membayangkan ada sekelompok ahli persenjataan mengajarkan pula kepada warga Palestina dalam pembuatan senjata yang "memadai" untuk pertahanan atas serangan membabi-buta Israel.
Oh, alangkah baiknya seandainya bayangan-bayangan yang menggembirakan tersebut bisa terwujud. Tapi, akankah?
0 comments:
Post a Comment