Saya yakin banyak orang pernah menemui kalimat, "Serahkan kepada Ahlinya!" Dengan kata lain, jika diserahkan kepada yang sebaliknya, maka bersiaplah menghadapi kehancuran.
Seorang guru bahasa Indonesia, misalnya, diserahi tugas membedah tubuh pasien di rumah sakit. Kira-kira apa yang akan terjadi pada tubuh si sakit yang dibedah secara asal tersebut?
Atau, seorang psikiater diserahi tugas merancang sebuah rumah makan, kemungkinan besar hasilnya tidak akan sesuai dengan harapan.
Lalu, berlaku pada semua urusankah teori itu?
Pada kenyataannya banyak orang yang bukan berlatar belakang pendidikan keahlian tertentu, tapi ia mampu melakukan pekerjaan secara baik dan benar di bidang tersebut. Sebut saja sastrawan besar Taufiq Ismail. Ia adalah seorang dokter hewan. Meski begitu, dirinya mampu menuliskan puisi-puisi yang berkualitas tinggi.
Dalam hal ini kita benar-benar dihadapkan pada teori dan realitas. Pertanyaannya, manakah yang benar dari keduanya?
Konon, kata orang bijak, "Untuk menjawabnya, kita perlu memperhatikan yang terjadi di lapangan secara cermat." Kita ambil contoh saja tentang keahlian Taufiq Ismail dalam berpuisi di atas.
Meskipun ia seorang dokter hewan yang jauh hubungannya dari perpuisian, namun kecintaannya terhadap dunia sastra telah ditularkan sejak di lingkungan keluarganya yang gemar membaca dan juga sebagai jurnalis.
Dari sanalah Taufiq mulai menulis di berbagai media. Ia pun menjadi wartawan. Bahkan, dirinya merupakan salah seorang pendiri Majalah (sastra) Horison pada tahun 1966.
Artinya apa? Taufiq Ismail sebenarnya seorang praktisi sastra yang kompeten. Dan, itu ia dapatkan setelah bergelut di dunia kesastraan dalam waktu yang lama. Bisa dikatakan bahwa ia memiliki keahlian bersastra dari pengalaman langsung.
Maka, ia mampu bersastra karena dirinya ahli dalam bidang itu.
Dengan demikian, teori pada judul di atas itu benar dan telah dibuktikan di lapangan.
Begitukah? Bagaimana menurut Anda?
0 comments:
Post a Comment