Malam ini orang menyemut di jalan raya. Begitulah setidaknya yang saya jumpai sekitar satu jam lalu.
Bukan hanya itu, lampu-lampu yang menyala turut memeriahkan suasana kota. Maklumlah, malam ini adalah malam tahun baru "Masehi".
Sudah menjadi tradisi sebagian masyarakat Indonesia sejak dulu turut merayakan pergantian tahun yang berlaku internasional tersebut. Ya, mulai dari meniup terompet, main petasan, bakar jagung, hingga jalan-jalan keliling kota.
Itu realitas empiris perayaan tahun baru "Masehi" di Indonesia.
Nah, soal kenangan lain lagi. Setiap waktu tentu ada saja yang kita alami. Dan setiap kali kita berada pada waktu yang lain, tentu ada sesuatu yang bisa dikenang. Sebutlah yang paling sederhana semisal duduk sendirian menunggu seorang teman.
Kemudian, ada masa depan. Impian-impian sering hinggap di kepala kita. Selama impian tersebut baik untuk kita, maka berusaha dan berdoalah menggapainya.
Lalu, apa yang dapat kita temukan dari ketiganya?
Alur kehidupan. Benar, dari A sampai Z di dunia. Ya, khusus di alam ini. Ibarat tali, maka alur kehidupan manusia sudah ditetapkan Allah swt berapa ukuran masing-masingnya. Tidak bisa ditambah atau dikurangi. Manusia berjalan mengarunginya yang secara normal mulai lahir, anak-anak, remaja, dewasa, dan tua.
Sementara tahun baru, hanyalah satu perjalanan kehidupan manusia. Ada hari baru, minggu baru, bulan baru, dan selalu baru (yang belum manusia alami).
Lantas bagaimana dengan kenangan dan impian? Terkait kedua hal itu, idealnya dalam mengarungi alur waktu kehidupan ini, kita selalu dapat memperhatikan hal-hal yang telah kita perbuat atau alami (kenangan) agar dapat menggapai impian (yang lebih baik lagi).