Terkadang, ada segelas air teh yang gulanya sengaja tidak diaduk. Dibiarkan menjadi timbunan di dasar gelas begitu saja. Konon, makna filosofisnya sama dengan peribahasa, "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian."
Ya, air teh yang pertama diminum terasa pahit dan akhirnya manis. Seperti hidup bersakit-sakit dulu, bersenang-senang kemudian.
Tapi, jika tidak diaduk, bagian akhirnya akan sangat manis. Sedang bagian atasnya pahit. Ini malah bermakna ketidakadilan. Ada bagian air teh dalam gelas itu yang mendapatkan banyak gula dan ada yang mendapatkan jatah manis yang sangat sedikit.
Membayangkannya saja, membuat saya teringat salah satu sila dalam Pancasila. Dan, entah apa sila itu sudah diwujudkan atau belum. Nyatanya, masih banyak orang berkata, "Masih sering terjadi ketidakadilan di negeri ini."
Maka, biasakanlah untuk bersikap adil. Dan, agaknya mengaduk gula dalam air teh hingga larut merata bisa menjadi sarana pembelajaran bagi kita semua.
Membahas teh, eh saya malah ingin menikmati seduhan secangkir air teh yang mengandung keadilan.
Anda?
0 comments:
Post a Comment