Menulis ya menulis saja.
Agaknya nasihat itu sangat masuk akal. Seperti para samurai yang fokus di dunia mereka. Alhasil, mahirlah para ksatria Jepang itu dalam menggunakan katana dan lainnya, baik dalam pertarungan satu lawan satu, maupun pertempuran di medan perang.
Fokus memang menjadi salah satu syarat dalam segala aktivitas. Meski demikian, terkadang menulis tidaklah semanis yang dibayangkan. Ini bukan hanya berhubungan dengan proses pramenulis semisal pengumpulan data, tetapi juga pascamenulis.
Hal terakhir di atas biasanya terasa saat terjadi penolakan demi penolakan oleh penerbit atau media massa terhadap naskah penulis yang bersangkutan. "Dibuang sayang" menjadi dua kata yang kadang bergema dalam jiwa penulis. Ya, naskah-naskah yang ditolak tersebut memang sayang untuk dibuang atau dihapus dari tempat penyimpanan naskah.
Maka, ilmu desain grafis menjadi diperlukan oleh penulis. Dengan aplikasi semisal Indesign, Adobe Photoshop, dan CorelDraw, dapat membantu penulis menyiapkan naskah dalam bentuk buku lengkap.
Ya, setelah naskah-naskah (cerpen, puisi, atau esai) yang ditolak tadi disunting kembali, bisa disatukan dalam satu naskah buku siap cetak. Tentu saja, halaman Prancis, halaman judul, dan isinya disatukan dengan aplikasi Indesign.
Khusus untuk kover bukunya bisa menggunakan CorelDraw. Agar desain kovernya lebih menarik, gambar pendukung bisa diedit kreatif menggunakan Adobe Photoshop.
Nah, hasil desain buku dicetak saja dengan mesin cetak (printer) sederhana. Setelah lembaran-lembaran halaman telah dicetak semuanya, jilidlah menggunakan lem yang bagus.
Buku terbitan sendiri bisa menjadi koleksi buku pribadi. Jika cetaknya lebih daripada satu eksemplar, dapat disumbangkan ke teman-teman dekat. Atau, bisa juga dijual dalam jumlah kecil.
Selain itu, naskah yang sudah didesain tersebut, bisa juga disajikan dalam versi buku elektronik.
Bagaimana? Lumayan, 'kan daripada dibuang?
0 comments:
Post a Comment