Biological weapon sudah digunakan manusia sejak lama. Sejarah mencatat senjata jenis ini mulai digunakan pada 400 SM oleh "Iran Kuno". Mereka menggunakan patogen dari mayat makhluk hidup yang telah membusuk. Setiap mata anak panah dicelupkan di dalam wadah berisi patogen tersebut. Dan, siapa pun yang terkena akan terinfeksi penyakit mematikan.
Begitulah adanya. Senjata ini memang berupa patogen (virus, bakteri, atau organisme mematikan lainnya) dan beragam toksin dari organisme-organisme tertentu.
Meski wujudnya tidak seperti senjata api, tingkat bahayanya juga sangat besar. Efeknya dapat membunuh jutaan manusia dan melumpuhkan sendi perekonomian. Masih ingat, 'kan dengan "kematian hitam" di Benua Biru Eropa? Ya, itu ulah Bangsa Mongol yang menggunakan wabah pes untuk membinasakan Bangsa Genoa dengan perantaraan kutu dan tikus.
Begitu pula dengan penggunaan virus cacar oleh Britania Utara untuk memusnahkan Bangsa Indian dalam peperangan mereka antara 1754--1760 M. Dengan sangat kejinya, Britania Utara memberikan pakaian dan selimut bekas penderita cacar kepada Bangsa Indian.
Lalu, pada masa jayanya dulu di bidang militer, Jepang mengembangkan program pembuatan senjata biologi di China. Tidak tanggung-tanggung Jepang saat itu mengerahkan tiga ribu ilmuannya dalam rangka penelitian terhadap berbagai agen biologi yang memiliki potensi sebagai senjata, seperti kolera, pes, bahkan penyakit seksual yang menular. Sebagai kelinci percobaannya adalah para tahanan China. Dalam percobaan tersebut lebih kurang 10.000 tahanan mati.
Lantas, apakah virus flu burung hingga Corona juga merupakan biological weapon?
Agaknya, itu pertanyaan yang terlampau sulit untuk bisa dijawab. Alih-alih mencari jawabannya, saya malah memikirkan senjata biologi apa yang paling berbahaya.
Terbayang di pikiran saya ada seorang wanita yang terpapar rayuan pria pujaan hatinya. Siang dan malam jiwanya tak bisa lepas dari jeratan pria itu. Apa pun yang dipinta sang kekasih, ia turuti. Hal itu terus berlaku hingga mereka telah menjadi suami istri.
Dan, suatu ketika sang suami berkisah tentang senjata biologi kepadanya. Kemudian tanpa tedeng aling-aling ia berkata, "Ah, senjata biologi paling mematikan itu ya rayuanmu, Mas. Benar, rayuan maut yang kumaksud itu bersumber dari makhluk hidup, yakni kamu. Dengannya diriku takluk hingga susah tidur, tidak nafsu makan, malas mandi, dan lainnya jika tak berjumpa denganmu. Hal terparah, mungkin aku akan bunuh diri jika dirimu meninggalkanku."
Wah, mengerikan ya?
0 comments:
Post a Comment