Kata kemanusiaan terkadang berat untuk diterapkan dalam kehidupan. Bukan hanya perkara memberikan uang atau benda lainnya kepada orang lain yang membutuhkan. Akan tetapi, lebih daripada itu. Kemanusiaan juga kerap menuntut keikhlasan berkorban jiwa dan raga demi sesama manusia.
Sebutlah para pejuang zaman penjajahan dulu. Mereka rela berkorban harta, raga, dan jiwa untuk memerdekakan rakyat di Bumi Jamrud Khatulistiwa ini. Tujuannya adalah kesejahteraan manusia yang terlepas dari belenggu penjajahan.
Berat? Memang berat. Agaknya itu pula yang dirasakan warga Natuna untuk berbagi wilayah sementara dengan WNI dari Wuhan. Beratnya ada pada kekhawatiran jikalau mereka ikut tertular wabah virus Corona. Hal itu sangat dapat dimaklumi. Siapa pun khawatir akan kemungkinan tersebut.
Itulah sebabnya, Warga Natuna, Kepulauan Riau kembali melakukan demonstrasi di kawasan Pangkalan Udara (Lanud) Raden Sajad Saleh, Natuna untuk mengadang kedatangan 243 WNI yang dipulangkan dari Wuhan, China.
Baca Juga: Seorang Istri Ceraikan Suaminya yang Bau, Tidak Pernah Bercukur, Mandi Hanya Sekali dalam 10 hari, Tidak Pernah Gosok Gigi
Dikabarkan massa aksi telah mendatangi Bandara Raden Sajad Saleh sejak pukul 09.00 waktu setempat. Mereka melakukan aksi bakar ban lebih kurang 1 jam 30 menit, kemudian bergerak kembali menuju DPRD untuk menemui beberapa perwakilan di sana pada hari ini, Minggu (2/2/2020).
Intinya warga Natuna menolak daerah mereka dijadikan sebagai tempat observasi dan karantina WNI dari Wuhan. Alasannya adalah mereka menilai fasilitas kesehatan di Natuna tidak lengkap sehingga muncul kekhawatiran virus corona menyebar di wilayah yang sebenarnya lokasinya tidaklah begitu luas tersebut.
Sementara itu, dikabarkan juga bahwa pesawat pengangkut WNI tersebut mendarat di Bandara Hang Nadim, Batam pada pukul 08.45 WIB. Mereka kemudian telah bertolak dari Bandara Hang Nadim, Batam ke Lanud Raden Sajad Saleh, Natuna.
Akankah warga Natuna ikhlas menerima WNI dari Wuhan dengan segala kemungkinan resikonya?
0 comments:
Post a Comment