Persatuan sebuah bangsa dapat dipandang sebagai syarat utama berdirinya sebuah negara yang kuat. Tanpa itu, agaknya hanya menjadi bulan-bulanan negara lain yang lebih berkuasa.
Sebutlah Palestina. Di sana ada wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza. Keduanya dikuasai kubu masing-masing. Fatah di Tepi Barat sedangkan Hamas berkuasa di Jalur Gaza. Dan, seperti terlansir Arab News, kini Fatah dan Hamas telah saling menyalahkan karena kurangnya rekonsiliasi mereka setelah rilis rencana perdamaian Timur Tengah Presiden AS Donald Trump.
Dalam hal ini, Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas meminta semua faksi untuk bersatu dan mengembangkan strategi bersama untuk melawan perjanjian perdamaian dan ada harapan dia akan mengirim tim PLO ke Gaza untuk berdamai dengan lawan-lawan politiknya di Hamas, mengakhiri 13 tahun pembagian internal.
Namun, sangat disayangkan, pertemuan belum terwujud karena masing-masing pihak menuduh pihak lain menghalangi dan mengucilkan.
Baca Juga: Jeritan Muslim Rohingya Tatkala Bangladesh Mulai Bangun Pagar Kawat Berduri di Sekitar Kamp Mereka
Seperti diketahui bahwa Hamas merebut kendali atas Jalur Gaza dengan kekuatan dari tangan Otoritas Palestina pimpinan Fatah pada 2007 silam. Dengan pengambilalihan itu membuat warga Palestina terbagi antara dua pemerintah. Ya, Hamas mengendalikan Gaza. Sementara Otoritas Palestina yang diakui secara internasional memerintah daerah otonom Tepi Barat yang diduduki Israel. Kedua belah pihak pun hingga kini (masing-masing) tetap menjadi musuh yang sengit.
Saeb Erekat dari PLO, yang merupakan sekretaris komite eksekutif, mengatakan bahwa faksi-faksi organisasi tersebut siap untuk pergi ke Jalur Gaza. "Hamas yang menunda kunjungan, dengan menolak mengundang faksi untuk mengadakan pertemuan yang mencakup semua faksi di Gaza," katanya kepada sumber yang sama.
Selain itu, Azzam Al-Ahmad, Anggota Komite Pusat Fatah, mengatakan sedang menunggu tanggal resmi dari Hamas untuk mengadakan pertemuan faksi di Gaza.
Sedang di pihak lain, Pemimpin Hamas--Ismail Radwan--mengatakan "Ini (Hamas) telah berulang kali menyambut kunjungan delegasi untuk mencapai rekonsiliasi, saudara-saudara dalam Jihad Islam dan front populer, dan demokratis menyetujui itu."
Ia juga menambahkan, "Masalahnya terletak pada pemikiran politik Abbas dan timnya, yang tidak percaya pada kemitraan nyata di lapangan, dan mereka suka mengecualikan faksi perlawanan yang telah menghadirkan ratusan martir."
Delegasi Fatah mengunjungi Gaza minggu lalu tanpa bertemu Hamas. Radwan mengatakan tidak ada pertemuan karena delegasi bersikeras mengadakan "pertemuan bilateral" dengan Hamas saja.
0 comments:
Post a Comment