Mungkin banyak orang bertanya-tanya mengapa Turki ikut campur urusan negara lain. Apakah Turki sudah menyerupai Amerika Serikat yang gemar melakukan hal seperti itu?
Dalam sebuah pidato di Universitas Haci Bayram, di Ankara, Turki pada 02 Maret 2020, seperti terlansir Anadolu Agency, (4/3/2020), Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menjelaskan alasan negaranya melakukan Operasi Perisai Muslim Semi di Idlib, Suriah.
Erdogan menegaskan kehadiran Turki di Idlib bukanlah untuk melakukan pendudukan dan pencaplokan wilayah Suriah.
“Mereka yang menentang keberadaan Turki di Suriah harus menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, terutama, mengapa mereka yang diam ketika provinsi selatan negara kami diserang oleh kelompok-kelompok teror, (mereka) tiba-tiba menjadi pencinta rezim Suriah segera setelah Turki mulai membangun zona aman di sepanjang garis perbatasannya?" ujar Erdogan.
Terkait serangan rezim Assad di Idlib, Erdogan juga mengatakan kini Turki menampung 3,5 juta warga Suriah, dan ada hampir 4 juta warga Idlib yang ingin mengungsi ke Turki
“Kami bersaudara. Kami memiliki pemahaman tentang muhajirin-Ansar. Haruskah kita katakan ‘biarkan mereka tertembak, biarkan bom menimpa mereka’? Haruskah kita berbaik-baik saja melihat kondisi ini? Kita tidak bisa membiarkan mereka mati. Kita tidak bisa menjadi Assad lain pada saat ini. Tapi Assad tidak memiliki rasa belas kasihan,” terang Erdogan.
Seperti diketahui rezim Assad terus bergerak membantai rakyatnya sendiri, perempuan dan anak-anak, dengan pesawat, helikopter, tank, dan bom.
Erdogan sekali lagi menegaskan Turki tidak akan meninggalkan warga Suriah dari serangan teror di perbatasan dan serangan rezim yang telah kehilangan legitimasinya.
“Namun, setiap nyawa yang hilang di wilayah ini telah membakar hati kami. Itu karena orang-orang ini adalah saudara dan saudari kita baik secara historis, geografis maupun agama. Jika perlu, kita rela mati di jalan ini,” kata Erdogan.
Itulah sebabnya, kata Erdogan, sebagai bangsa yang memiliki rasa belas kasihan, Turki melakukan upaya-upaya penyelamatan warga Suriah.
Sehubungan dengan hal tersebut, Erdogan mempertanyakan mengapa mereka menentang upaya Turki untuk menyelamatkan nyawa warga Suriah. Padahal setiap orang harus berpikir soal ini karena kehadiran Turki di Suriah adalah kesepakatan yang tertuang dalam Perjanjian Adana.
Masih dari sumber yang sama, Erdogan juga mempertanyakan apakah mereka tidak melihat bahwa Turki bertekad untuk mengakhiri tindakan distorsi ini. Mereka mengabaikan arus migrasi 1 juta warga baru dari Idlib ke Turki dan malah mendukung rezim tiran Assad, yang hanya kuat dalam menyerang rakyatnya sendiri.
Di samping itu, Erdogan pun menyinggung komunitas internasional yang diam terhadap tragedi kemanusiaan di Idlib guna memojokkan Turki. Apakah mereka siap menghadapi beban akibat ledakan para pengungsi akibat kekejaman Assad, tanya Presiden Turki itu.
Menurutnya, situasi di Idlib tidak akan berakhir sampai pasukan rezim menarik diri ke wilayah Perjanjian Sochi. Dan, jika masalah ini tidak selesai, maka arus migran baru tidak dapat dicegah.
Erdogan menerangkan saat rezim Assad menyerang wilayah Idlib, maka warga Suriah tidak pergi selain ke Turki karena Turki adalah zona aman.
Menurut Erdogan satu-satunya solusi bagi Kota Idlib adalah berhentinya agresi rezim dan mereka harus menarik diri kembali ke batas-batas yang telah ditetapkan dalam perjanjian sebelumnya.
0 comments:
Post a Comment