Sumber Kyodo News |
Baru-baru ini para pengguna media sosial telah menjadi kreatif dalam memublikasikan gambar monster "yokai" Jepang yang legendaris. Monster itu dikatakan telah muncul dari laut dan menubuatkan Pandemi pada zaman dulu.
Mereka mengunggah gambarnya bersama pesan-pesan yang berharap untuk segera mengakhiri wabah COVID-19.
Mengutip Kyodo News, Kamis (2/4/2020), kisah monster setengah-manusia, setengah-ikan "amabie" pertama kali ditampilkan dalam lembaran berita cetakan kayu abad ke-19 dari Zaman Edo (1603-1868). Makhluk itu digambarkan dengan rambut panjang dan paruh serta tubuh bersisik.
Konon, sebuah amabie dikatakan telah muncul di laut Provinsi Higo pada zaman dulu (sekarang Distrik Kumamoto di Jepang barat daya) dan mengatakan kepada seorang pejabat, "Akan ada panen berlimpah selama enam tahun, tetapi penyakit juga akan menyebar. Cepat gambar saya dan tunjukkan kepada orang-orang "sebelum monster itu menghilang kembali ke dalam perairan.
Diceritakan, pejabat itu pergi ke pantai di Higo setelah melihat sesuatu yang bersinar di perairan setiap malam, menurut legenda tersebut.
Kemudian, pada 6 Maret, Perpustakaan Universitas Kyoto memposting di akun Twitter-nya gambar lembar berita asli tertanggal April 1846 tentang pejabat itu dengan ilustrasi amabie dan deskripsi di sampingnya. Karya itu ada dalam arsip digitalnya.
Nah, sejak itulah, pengguna media sosial telah mengunggah gambar amabie dalam berbagai bentuk, termasuk patung-patung tanah liat, sulaman, potongan kertas, dan manga di samping frase yang ingin mengakhiri awal pandemi saat ini.
Dalam media itu juga disebutkan bahwa pada tanggal 20 Maret, sebuah video tentang maskot seperti beruang Kumamoto yang ikonik "Kumamon" berpakaian saat amabie muncul di akun Instagram resmi karakter tersebut.
Gambar monster oleh almarhum seniman manga Shigeru Mizuki (1922-2015), yang dikenal karena manga-nya tentang yokai Jepang, juga dirilis di akun Twitter Mizuki Production pada 17 Maret.
"Saya harap kita bisa segera pergi dari bencana ini," kata putrinya, Naoko Haraguchi.
Masih dari sumber yang sama, Yuji Yamada, seorang profesor Universitas Mie yang fasih dalam sejarah Jepang tentang iman mengatakan, "Jepang secara tradisional memiliki kebiasaan untuk mencoba mengusir epidemi dengan cara seperti menggambar 'oni' raksasa di selembar kertas dan meletakkannya."
"Ketika banyak orang menderita dan sekarat, harapan kami untuk akhir (pandemi) adalah sama di semua usia," katanya lagi.
Demikianlah adanya. Setiap tempat punya kebiasaan yang unik dan menarik.
0 comments:
Post a Comment