Pernahkah Anda mendengar kasus virus Corona asal Wuhan atau COVID-19 membuat orang gila sekarat?
Dari sekian banyak kasus COVID-19 di dunia, agaknya susah menjawab pertanyaan itu. Kecuali, Anda benar-benar seorang pengamat virus ini sejak awal kemunculannya di Kota Wuhan, Cina.
Terlepas dari itu, saya memperhatikan orang-orang gila yang berkeliaran di daerah sini. Ada tiga orang gila di sekitar area ini. Mereka jalan-jalan dengan bebasnya di tengah pandemi. Santai sekali. Dengan pakaian kotor dan tanpa masker, dan mereka terlihat sehat secara fisik. Tidak batuk, misalnya.
Bisa dikatakan secara umum orang gila tidak mudah sakit. Penyakit seakan kewalahan menguasai dan melumpuhkan mereka. Padahal, mereka makan tanpa cuci tangan terlebih dahulu, malahan ada yang makan makanan kotor di tempat sampah.
Mandi? Jangan ditanya. Sebagian orang gila bisa berhari-hari tidak mandi. Pakaian? Sebagian dari mereka berpakaian lusuh, kotor, dan berlubang-lubang.
Dan sekali lagi, mereka sehat secara fisik. Setidaknya itu yang tampak dari luar. Mereka sepertinya kebal terhadap penyakit, termasuk hingga saat ini di tempat saya belum ada kasus orang gila dikarantina akibat COVID-19.
Lantas? Apakah kita perlu mencontoh perilaku orang gila agar terhindar dari wabah Corona jenis baru ini? Tidak mandi berhari-hari, misalnya?
Tentu tidak begitu juga. Akan tetapi, agaknya ada rahasia di balik ketahanan tubuh orang gila dari penyakit.
Apakah itu?
Jika kita perhatikan, orang gila (setelah mengalami kegilaan) tidak terlihat stres. Hidup mereka santai sekali. Bahkan, Maaf, meski telanjang pun, mereka tidak harus berpikir apakah banyak orang yang melihat atau tidak.
Orang gila tidak pusing memikirkan pekerjaan, rumah tangga, pasangan hidup, dan tetek bengek persoalan kehidupan lainnya. Singkat cerita, tak ada beban pikiran di kepala dan hati mereka.
Sementara kita yang waras, terkadang malah sebaliknya. Padahal, menurut para ahli kesehatan, saat kita stres tubuh akan melepaskan kortisol ke aliran darah. Nah, kondisi ini dapat menekan sistem imun pada tubuh kita. Alhasil, membuat kita lebih rentan terhadap penyakit.
Selain itu, orang gila tidak pernah mengeluh atau berkeluh kesah. Kita pahami benar atau sepintas lalu saja, hal itu bermakna dalam, yaitu sikap menerima apa adanya dengan merasa cukup dan bersyukur. Sedang kita, suatu waktu ada saja ditimpa rasa belum cukup dan mengingkari nikmat dari-Nya. Sejatinya, dengan rasa cukup dan syukur itulah, kita akan mendapatkan tambahan nikmat, termasuk nikmat sehat. Sebaliknya, kita akan mendapatkan azab, termasuk sakit.
Sampai di sini, agaknya kita sudah dapat menangkap rahasia ketahanan tubuh orang gila dari penyakit. Apa? Intinya, jaga pikiran dan hati.
Lalu, pertanyaan penutup, apakah kita sudah mampu seperti itu?
0 comments:
Post a Comment