Ilustrasi - Pixabay |
Libya masih belum baik-baik saja semenjak ditinggalkan Muammar Muhammad Abu Minyar Khadafi atau Mu`ammar al-Qadzdzāfī 2011 lalu.
Artinya, masalah bukan terletak pada sosok di atas. Ada hal-hal lain yang lebih darurat. Mengenai konflik yang masih terjadi antara Pemerintah Libya yang sah dan Kelompok Haftar, seorang pakar geopolitik Prancis ikut berkomentar.
Seperti terlansir Anadolu Agency, Selasa (23/6/2020) seorang ahli geopolitik dan penulis yang berbasis di Paris mengatakan dalam sebuah wawancara eksklusif Selasa bahwa dukungan Perancis untuk panglima perang Libya Khalifa Haftar adalah "kesalahan" dan mengisolasi negara Eropa.
Berbicara kepada Anadolu Agency, Charles Saint-Prot, Direktur Observatoire D'etudes Geopolitiques (Observatory of geopolitical studies), mengatakan Haftar adalah "orang berbahaya" dengan "tidak ada gunanya" membantunya.
Saint-Prot mengkritik dan mendesak Pemimpin Perancis untuk menghentikan dukungan mereka untuk Haftar, yang katanya sekarang tidak penting di Libya karena dia "tidak dimainkan," dan hanya mendukung pemerintah yang diakui secara internasional dan perdana menteri, Fayez Al-Sarraj.
"Perancis, yang mengatakan berkomitmen untuk hak asasi manusia, harus mempertimbangkan kuburan massal (ditinggalkan oleh Haftar) di Libya," kata Saint-Prot, menambahkan bahwa dengan secara sistematis menolak "berbagai solusi politik, Haftar telah mengintensifkan krisis dalam perang - negara yang terkoyak.
"Ini bukan cara politik dilakukan. Perancis sekarang juga tidak dimainkan. Itu tidak mau terjadi, tetapi sedang menempuh jalan yang salah.
"Perancis telah menyatakan Turki sebagai musuh utama. Ini adalah kesalahan," katanya.
Saint-Prot menggarisbawahi bahwa pendukung Haftar lainnya selain Perancis - Rusia dan Uni Emirat Arab - memiliki alasan lebih sedikit untuk berada di Libya daripada Turki, yang mendukung pemerintah berbasis di Tripoli.
"Rusia dan UEA bukan kekuatan lokal. Apakah kita suka atau tidak, Turki adalah kekuatan lokal di Mediterania."
"Turki seharusnya tidak menjadi sasaran," katanya, mendesak Paris untuk kembali ke kebijakan persahabatan jangka panjangnya dengan Ankara seperti terlansir media itu.
0 comments:
Post a Comment