Hamas atau Harakat Al-Muqawwamatul Islamiyyah yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah Gerakan Pertahanan Islam, merupakan organisasi Islam Palestina dengan sayap militernya Izz Ad-Din Al-Qassam.
Di lapangan, pihak mereka telah memerintah Jalur Gaza sebagai satu dari dua wilayah di Palestina. Sejak pendiriannya pada tahun 1987, Hamas bertujuan untuk membebaskan Palestina dari tangan Israel. Beberapa pihak khususnya Amerika Serikat dan Uni Eropa mengklasifikasikannya sebagai organisasi teroris.
Meski diklasifikasikan demikian, tahun ini, Hamas telah dua kali disambut Turki. Pertama terjadi pada 1 Februari dan yang kedua pada 22 Agustus lalu.
Seperti terlansir Saudi Gazette, Selasa (25 Agustus 2020), Presiden Erdogan telah bertemu dengan para pemimpin Hamas di Istanbul minggu lalu. Delegasi itu dipimpin oleh Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, dan termasuk wakil ketuanya, Saleh Al-Arouri.
Menanggapi hal itu, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat memperingatkan Presiden Turki, dengan mengatakan, "Jangkauan terus-menerus Presiden Erdogan kepada organisasi teroris ini hanya berfungsi untuk mengisolasi Turki dari komunitas internasional, merugikan kepentingan rakyat Palestina, dan memotong upaya global untuk mencegah serangan teroris yang diluncurkan dari Gaza."
Departemen tersebut juga mengatakan, "Kami terus meningkatkan keprihatinan kami tentang hubungan Pemerintah Turki dengan Hamas di tingkat tertinggi."
Lantas, apakah AS tidak melihat perjuangan Hamas sebagai organisasi yang berusaha memerdekakan Palestina dari Israel! Lalu apa bedanya dengan perjuangan Uyghur membebaskan diri dari penjajahan Cina?
Padahal AS sedang bersitegang melawan Cina dengan menggunakan penguasaan dan penindasan oleh negeri tirai bambu itu terhadap Uyghur sebagai senjata propaganda mereka. Dan media-media barat begitu gencar menyuarakannya.
Jika AS ingin mendapatkan dukungan penuh dari dunia internasional melawan Cina dengan memanfaatkan penindasan terhadap Uyghur di Xinjiang, agaknya mereka juga harus memperhatikan dan kalau perlu memberikan dukungan kepada Hamas.
Yang terakhir tadi sepertinya memang mustahil dilakukan mengingat sangat kental kepentingan AS di Timur Tengah melalui Israel. Maka, satu hal yang masih dapat dilakukan, Pemerintah Trump menahan diri dulu untuk tidak mengecam Turki yang menyambut para Pemimpin Hamas tersebut. Fokuslah melawan Cina!
0 comments:
Post a Comment