Dua kasus besar menyeruak dan mengawatirkan dunia. Betapa tidak? Ini terkait keamanan negara. Kalau dibiarkan, penguasaan Cina atas negara bersangkutan akan lebih mudah.
Apa dua kasus itu?
Pertama adalah penangkapan seorang jurnalis India. Ini terkait bagaimana dinas intelijen Cina semakin menggunakan kekuatan "media" untuk tujuan spionase dan operasi pengaruh.
Dilaporkan The Diplomat, Pada 19 September lalu, Sel Khusus Kepolisian Delhi, yakni sebuah unit yang ditugaskan untuk penyelidikan terkait keamanan nasional, merilis pernyataan yang menyatakan telah menangkap seorang jurnalis India bersama dengan seorang warga negara Cina dan Nepal. Penangkapan itu atas tuduhan spionase di bawah Undang-Undang Rahasia Resmi India.
Adalah wartawan Rajeev Sharma ditangkap pada 14 September berdasarkan informasi dari badan intelijen India. Diketahui, Sharma yang berusia 61 tahun dituduh memberikan informasi terkait pertahanan dan kebijakan luar negeri kepada dua orang Cina yang berbasis di Kota Kunming.
Kepolisian Delhi juga mencatat bahwa mereka telah menangkap dua warga negara asing tersebut karena bertugas sebagai front pembayaran kepada Sharma sebesar 3 juta rupee India antara Januari 2019 dan September 2020. Diduga bahwa Sharma telah terlibat dengan badan intelijen Cina sejak 2016.
Sekadar informasi tambahan, Sharma merupakan seorang jurnalis lepas veteran yang berspesialisasi dalam keamanan nasional, kebijakan luar negeri, dan masalah politik India. Ia telah menulis untuk berbagai media, antara lain Quint, Rediff, Firstpost, dan dailyO.
Dia juga pernah bekerja untuk surat kabar India terkemuka seperti Hindustan Times dan Times of India di masa lalu. Lalu, antara 2010 dan 2014, Sharma juga menulis kolom mingguan untuk tabloid Global Times yang berafiliasi dengan Partai Kominis Cina.
Nah, Kepolisian Delhi mengklaim bahwa pekerjaannya untuk Global Times inilah yang membuatnya menjadi perhatian badan intelijen Cina, yang menghubunginya melalui LinkedIn tentang peluang karier dengan perusahaan media Cina.
Itu sebuah langkah yang sejalan dengan apa yang kita ketahui tentang bagaimana layanan mata-mata Cina beroperasi di masa lalu. Kepolisian Delhi menyatakan bahwa Sharma, setelah periode awal kontak dengan entitas Cina antara tahun 2014 dan 2016, kembali didekati untuk memberikan informasi pada Januari 2019 melalui seseorang yang mengaku sebagai "Manajer Umum Perusahaan Media Cina".
Kemudian, yang kedua. Di seluruh daratan Eurasia, telah muncul berita bahwa penyelidikan bersama antara dinas keamanan Belgia dan Inggris menuduh Fraser Cameron menjaga hubungan dengan dua mata-mata Cina yang menyamar sebagai jurnalis.
Fraser Cameron ialah seorang kepala Pusat Asia Uni Eropa yang berbasis di Brussel dan mantan karyawan Dinas Intelijen Rahasia Inggris, yang juga dikenal sebagai MI -6, dan Komisi Eropa
Menurut laporan Financial Times pada 18 September, dinas keamanan Belgia telah menyatakan bahwa tindakan Cameron "merupakan ancaman yang jelas terhadap lembaga-lembaga Eropa" di Brussels.
Media itu juga mengutip Politico yang melaporkan bahwa Cameron "dicurigai oleh intelijen Belgia menerima ribuan euro karena memberikan informasi rahasia.
0 comments:
Post a Comment