Beberapa hari lalu, saya diundang salah seorang sastrawan untuk bergabung di grup sastra daringnya. Tiba-tiba saya teringat dengan banyaknya grup sastra di media sosial.
Dari sekian grup tersebut, tentu tak semuanya terus-menerus berbinar. Ada kalanya sepi, kemudian ramai lagi. Dan, ada pula yang terus-terusan sepi.
Ada yang mengatakan itu sudah menjadi hukum alam, di awal penuh semangat, selanjutnya adem ayem. Mungkin hal tersebut seperti orang yang berlari. Pada posisi start, semangat masih menyala-nyala. Lalu pada langkah-langkah awal masih berlari kencang dan seterusnya kian melambat, kemudian berhenti.
Kondisi yang demikian sangat wajar terjadi. Ada faktor-faktor yang menjadi penyebabnya. Rasa jenuh dan lelah agaknya menjadi dua faktor kuat yang idealnya dapat diatasi jika ingin grup sastra daring tetap eksis.
Bukan hanya terjadi di grup sastra, dalam menulis pun keduanya ada dan dapat diatasi dengan berbagai cara. Salahnya adalah istirahat. Sebab saat jenuh dan lelah, tubuh dan jiwa tidak boleh dipaksa bekerja.
Istirahatkan diri. Keluarlah dari aktivitas tersebut. Ajak diri untuk menikmati hidup barang sejenak. Setelah merasa segar kembali, barulah melakukan aktivitas lanjutan.
Selain itu, jangan paksakan diri untuk beraktivitas dalam grup sastra secara berlebihan. Jika terjadi perdebatan, misalnya, sikapi dengan bijaksana. Tidak perlu mengencangkan saraf atau meluapkan emosi. Perbedaan pendapat sangatlah manusiawi. Jadikanlah perbedaan yang ada menjadi warna-warni grup agar berkesan lebih hidup.
Jika grup-grup sastra dapat berjalan lancar, akan didapatlah manfaatnya. Sebutlah dapat saling bertukar pikiran lewat diskusi-diskusi secara sehat. Bahkan, sebenarnya dengan adanya grup sastra daring, silaturahim sesama pencinta sastra dapat terjalin hangat.
0 comments:
Post a Comment