Saya lupa kapan tepatnya saya "ngobrol" dengan pejabat tersebut. Yang saya ingat, ia berujar demikian. Ya, dirinya ingin memuliakan para penulis di Indonesia sebagaimana yang ia lihat sewaktu di luar negeri.
Pada kesempatan itu, dirinya melihat langsung betapa orang-orang di luar sana menghormati dan menghargai penulis. Sampai-sampai, di antrian kereta pun penulis begitu diutamakan, dinomorsatukan.
Saat kami ngobrol, dirinya sedang menjabat sebagai kepala perpustakaan di sebuah kota. Kemudian, yang saya tahu ia diangkat menjadi kepala pustarda (perpustakaan dan arsip daerah) tingkat provinsi dan bertahan hingga sekarang.
Apa yang menjadi perkataannya memang telah terbukti. Ia menjadi pelopor pameran buku di provinsi itu, bahkan menyediakan dua stan khusus bagi penulis lokal. Stan pertama untuk meluncurkan buku-buku baru di hadapan pengunjung dan yang kedua untuk memamerkan semua buku (lama dan baru).
Dirinya juga mengerahkan armada perpustakaan keliling dengan mobil yang membawa banyak buku. Anak-anak pun begitu antusias membaca dan membaca di daerah masing-masing. Selain itu, ia meminjamkan sebuah ruangan di perpustakaan yang dipimpinnya untuk acara diskusi sastra. Siapa pun boleh mengikuti acaranya.
Dalam hal ini saya tidak bermaksud memuji-muji pejabat itu dan karena itu pula saya tidak menyebutkan namanya di sini. Hal terpenting adalah, kita dapat menarik pelajaran bahwa pejabat yang amanah, akan membawa kepada kebaikan masyarakat, bangsa, dan negara.
Sosok yang saya ceritakan ini sebuah contoh nyata yang ideal. Dan, semestinya segala hal baik yang dilakukannya dapat menjadi pemantik bagi pejabat-pejabat lainnya, baik di bidang yang sama, maupun lainnya.
0 comments:
Post a Comment