Jumlah muslim di dunia saat ini tidaklah sedikit. Bahkan, dikenal ada istilah negara Islam, terutama di kawasan Timur Tengah. Sebutlah Arab Saudi.
Akan tetapi, jika diperhatikan secara politik, negara-negara berpredikat demikian tidak serta merta mendukung solidaritas sesama muslim dunia.
Misalnya perseteruan Arab Saudi dan Turki. Dua negara ini dikenal menjunjung Islam. Meski demikian, keduanya belum mengalahkan ego demi kemajuan Islam sendiri. Belakangan contohnya, Arrahmah melaporkan bahwa Pangeran Saudi Abdulrahman Bin Musa’ad telah menyerukan pemboikotan impor Turki setelah Presiden Turki Erdogan mengumumkan bahwa tentara negaranya di Qatar membantu menstabilkan keamanan di negara-negara Teluk.
Tentu ini berita yang menyedihkan. Di saat orang-orang Palestina membutuhkan uluran tangan, keduanya malah berseteru.
Melihat perkembangan politik dunia, agaknya Palestina masih harus super bersabar. Sebenarnya bukan hanya orang-orang Palestina yang sedang di bawah kekuasaan yang tidak pro-Islam. Ada muslim Uyghur di Cina dan Rohingya di Myanmar.
Jika kita berandai-andai, ketika negara-negara seperti Turki, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, dan Iran bersatu padu dalam berbagai bidang kehidupan, ada potensi membangun kekuatan besar melawan dominasi barat dan Cina.
Lantas, kapankah ada niat persatuan Islam di hati para pemimpin dunia Islam?
0 comments:
Post a Comment