Ada sebagian orang berpendapat bahwa Biden adalah boneka milik China seperti Obama dulu. China akan dapat mengendalikan Amerika Serikat layaknya bagian dari negara mereka sendiri jika Biden menang pilpres AS kali ini. Kemungkinannya, orang-orang kulit putih di sana pun akan tersingkir, kecuali yang ikhlas mendukung China sebagai majikan tertinggi di Amerika Serikat. Sementara orang-orang Indian dan keturunan Afrika akan mendapatkan angin segar dari China. Mereka akan didukung untuk menjadi perpanjangan tangan kekuasaan negeri tirai bambu dalam menyingkirkan orang-orang kulit putih dari Amrik. Tentu saja ini sangatlah tidak nyaman karena secara fakta mereka akan dijajah China. Amerika Serikat tinggallah nama.
Meski demikian, hal di atas hanyalah pendapat sebagian orang. Ini mirip dengan kata-kata yang ada di dalam film IP Man sesi terakhir. Salah seorang tokoh dalam film itu mengatakan kepada orang kulit putih Amerika yang merundungnya dengan sebutan penjajah. Alasannya kuat, bangsa kulit putih menjajah bangsa Indian di AS. Bangsa Indianlah pewaris negeri itu.
Secara tidak langsung film tersebut mengatakan kepada dunia bahwasanya yang berhak atas tanah Amerika Serikat adalah orang-orang Indian. Sedang orang kulit putih harus angkat kaki dari sana.
Jika diperhatikan, film IP Man tersebut terkesan merupakan bagian propaganda China dalam perang mereka melawan pemerintah yang sedang berkuasa di negeri Paman Sam. Dan kembali ke Biden, secara politik, ia memang didukung kuat oleh China. Itulah sebabnya, ada juga yang menyarankan kepada negara-negara yang saat ini berteman akrab dengan AS dan berseberangan dengan China, untuk segera mencari sekutu lain semisal Rusia.
Sebutlah India, Australia, dan Jepang. Tiga negara ini bersama AS sama-sama bersitegang dengan China. Lantas, mengapa Rusia? Bukankah negara pecahan Uni Soviet itu juga berpaham komunis seperti China?
Mengenai paham, boleh saja sama. Contohnya Vietnam. Pahamnya juga komunis, tetapi berseberangan kepentingan dengan China. Bahkan, keduanya pernah terlibat perang nyata.
Lalu Rusia? Di Asia Tengah, misalnya, pengaruh Rusia sebenarnya sudah tidak seperti dulu lagi. Pengaruh mereka bisa dikatakan imbang dengan pengaruh China di kawasan itu. Artinya, meski tidak terang-terangan, Rusia dan China juga bersaing dalam hal pengaruh kekuasaan terhadap negara-negara kecil dan berkembang.
Ditambah lagi China kerap melakukan pelanggaran-pelanggaran atas kesepakatan bersama Rusia. Maka, hanya Rusialah satu-satunya negara adidaya yang memiliki perbedaan kepentingan dengan China.
Selanjutnya? Entahlah? Perihal politik dunia memang kadang membingungkan dan susah ditebak.
0 comments:
Post a Comment