Dunia puisi pada zaman ke zaman mengalami perubahan, termasuk dalam media tempat puisi itu disampaikan. Secara lisan agaknya adalah yang paling awal. Kemudian pada media tulis kuno seperti kulit kayu. Berlanjut pada penggunaan pena berisi tinta dan kertas. Lalu ada mesin tik yang selanjutnya digantikan, mesin offset, printer atau mesin cetak digital mini, dan belakangan rekaman video.
Ya, ketika suara lisan belum bisa ditekam seperti saat ini, media tulislah satu-satunya rekam jejak kepenyairan zaman dulu. Bisa dikatakan, dari yang semula lisan menjadi kembali lisan (dalam video).
Menyikapi fenomena ini, idealnya kita tak perlu risau dengan eksistensi dunia tulis. Meskipun dunia percetakan dan penerbitan mulai mengalami kelesuan, ada layar gawai sebagai gantinya.
Ada beragam media digital, baik luring, maupun daring. Kita bisa menuliskan puisi dan menyimpannya dalam gawai atau dipublikasikan secara daring agar dapat dibaca banyak orang.
Nah, kembali ke video, di bawah ini ada contoh video sederhana pembacaan puisi yang direkam dan dipublikasikan di YouTube.
Tentu kita berharap, apa pun medianya, dunia perpuisian khusunya dan kesastraan umumnya tetap eksis dari waktu ke waktu.
0 comments:
Post a Comment