TERTEGUN
Tertegun dalam kelabu
langitku
aku mencoba membayangkan
mentari di balik gemawan
yang sejak lama tak menyinari
rumah-rumah kalbu
langitku
aku mencoba membayangkan
mentari di balik gemawan
yang sejak lama tak menyinari
rumah-rumah kalbu
Tertegun dalam pengap
udaraku
aku berusaha menghirup
sisa wewangian
yang berguguran
dalam bunga-bunga layu
udaraku
aku berusaha menghirup
sisa wewangian
yang berguguran
dalam bunga-bunga layu
(Burung-burung berpatahan
sayapnya bahkan
berkaparan
oleh racun dari kemasan
yang menyilaukan)
sayapnya bahkan
berkaparan
oleh racun dari kemasan
yang menyilaukan)
Tertegun dalam keruh
lautku
aku bertanya-tanya
dalam kesendirian
masihkah batinmu menyimpan
mutiara-mutiara biru?
Tertegun dalam pekat
bumiku
lautku
aku bertanya-tanya
dalam kesendirian
masihkah batinmu menyimpan
mutiara-mutiara biru?
Tertegun dalam pekat
bumiku
aku memandang kosong
tanah-tanah yang ditinggalkan
atau diperebutkan
orang-orang gagu
tanah-tanah yang ditinggalkan
atau diperebutkan
orang-orang gagu
(Meraba-raba dalam gelap
negriku
aku mencari-cari
merahputihku
yang terkoyak tangan sendiri)
negriku
aku mencari-cari
merahputihku
yang terkoyak tangan sendiri)
R. Awal 1418
SAJAK ATAS NAMA
Ada yang atasnama Tuhan melecehkan Tuhan
Ada yang atasnama negara merampok negara
Ada yang atasnama rakyat menindas rakyat
Ada yang atasnama kemanusiaan memangsa manusia
Ada yang atasnama keadilan meruntuhkan keadilan
Ada yang atasnama persatuan merusak persatuan
Ada yang atasnama perdamaian mengusik kedamaian
Ada yang atasnama kemerdekaan memasung kemerdekaan
Maka atas nama apa saja atau siapa saja
kirimlah laknat kalian
Atau atasnamaKu perangilah mereka!
Ada yang atasnama negara merampok negara
Ada yang atasnama rakyat menindas rakyat
Ada yang atasnama kemanusiaan memangsa manusia
Ada yang atasnama keadilan meruntuhkan keadilan
Ada yang atasnama persatuan merusak persatuan
Ada yang atasnama perdamaian mengusik kedamaian
Ada yang atasnama kemerdekaan memasung kemerdekaan
Maka atas nama apa saja atau siapa saja
kirimlah laknat kalian
Atau atasnamaKu perangilah mereka!
Rembang, Agustus 1997
DI NEGERIMU
Di negerimu
Manusia tidak punya tempat
Kecuali di pinggir-pinggir sejarah yang mampat.
Inilah negeri paling aneh
di mana keserakahan dimapankan
kekuasaan dikerucutkan
kemunafikan dibudayakan
telinga-telinga disumbat harta dan martabat
mulut-mulut dibungkam iming-iming dan ancaman.
Orang-orang penting yang berpesta setiap hari
membiarkan leher-leher mereka dijerat dasi
agar hanya bisa mengangguk dengan tegas
berpose dengan gagah
di depan kamera otomatis yang gagu.
Inilah negeri paling aneh
Negeri adiluhung yang mengimpor majikan asing dan sampah
Negeri berbudaya yang mengekspor babu-babu dan asap
Negeri yang sangat sukses menernakkan kambing hitam dan
tikus-tikus
Negeri yang angkuh dengan utang-utang yang tak terbayar
Negeri teka-teki penuh misteri
Di negerimu
Kebenaran ditaklukkan
oleh rasa takut dan ambisi
Keadilan ditundukkan
oleh kekuasaan dan kepentingan
Nurani dilumpuhkan
oleh nafsu dan angkara.
Di negerimu
Manusia hanya bisa
mengintip masalahnya dibicarakan –
menghabiskan anggaran –
oleh entah siapa
yang hanya berkepentingan
terhadap anggaran
dan dirinya sendiri.
Di negerimu
angin pun menjadi badai
matahari bersembunyi
bulan dan bintang-bintang
tenggelam
burung-burung mati
bunga-bunga layu sebelum berkembang
dan tembang menjadi sumbang
puisi menjadi tak indah lagi.
Barangkali yang tersisa
tinggal doa
dalam rintihan
mereka yang tersia-sia
dan teraniaya.
Rembang, 1998
Biodata A. Musthofa Bisri
Lahir di Rembang, 10 Agustus 1944. Karya puisinya dimuat di sejumlah media massa, di samping terantologi dalam Ohoi, Tadarus, P Pahlawan dan Tikus, Wek Wek Wek, Bosnia Kita, Parade Puisi Indonesia, Antologi Puisi Jawa Tengah, Refleksi Setengah Abad Indonesia Merdeka, dan lain-lain. Tinggal di Ponpes Rodatul Tholibien Jalan Mulya 4, Rembang – 59217.
Sumber tulisan: Buku Jentera Terkadang (antologi puisi penyair Jawa Tengah)
Sumber foto penyair: Wikipedia
0 comments:
Post a Comment