AYAT-AYAT DEMOKRASI
-- Urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka --
Tetapi kita senantiasa bermusyawarah-mufakat, memutuskan masalah
demonstrasi dengan pentungan dan penjara.
Hak Asasi Manusia
Bergelantungan di bawah langit
Bagai gumpalan awan menyimpan topan
Membidik gugusan pulau-pulau
Mengintai bhineka suku bangsa
Yang keranjingan mengibarkan demokrasi.
-- Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya --
Tetapi kita senantiasa membulatkan tekad
Mengatasi masalah tanah dengan tinju dan peluru.
Hak Asasi Manusia
Bergelantungan di bawah langit
Bagai gumpalan awan menyimpan topan
Membidik gugusan pulau-pulau
Mengintai bineka suku bangsa
Yang keranjingan mengibarkan demokrasi
Dengan pentungan, penjara, tinju dan peluru
Hingga peristiwa-peristiwa berdarah terjadi.
Jakarta, 14 September 1990
ANAK-ANAK DAN SULAP
pada boneka dan robot
Anak-anak punya fantasi untuk terbang
ke bulan, ke bintang-bintang
Dan dengan imajinasinya
Anak-anak membuat robot dapat bicara
boneka bisa tertawa
dan tali bisa menjadi apa saja
tak ada cakrawala yang lebih jauh
dari fantasi anak-anak.
Tak ada mayapada yang lebih tinggi
tak ada angkasa yang lebih merdeka
dari imajinasi anak-anak
Anak-anak senang melihat kaos kaki jadi merpati
melihat ikan jadi saputangan
melihat lilin, obor, saputangan jadi bunga aneka warna
dan takjub, sebagaimana kertas berubah menjadi emas
Belenggu terkunci, membuka sendiri.
Dan dengan tongkat saktinya, pesulap bisa mengubah apa
disuka. Bahkan gajah bisa tiba-tiba lenyap dari pandangan mata
membuat anak-anak tertawa dan dan suka cita
Dalam tidur malamnya
anak-anak bermimpi jadi pesulap
supaya bisa terbang memetik bintang
memeluk bulan!
14 September 2000
ALAHMAKJANG
tapi yang berlangsung tebang habis
Alahmakjang!
berputar-putar bumi, berputar
timbul tenggelam kehidupan
berpusing-pusing aku, berpusing
berpusing-pusing tujuh keliling
pohon-pohon ditebang
pohon-pohon tumbang
Satwa-satwa meradang
satwa-satwa lintang pukang
Harimau, badak, garuda dan ular
dengan mata kelereng
mengancam tanpa ekspresi
Bandrol-bandrol di lehernya
menunjukkan harga
tapi yang berlangsung keserakahan berencana
Alahmakjang!
Berputar-putar bumi, berputar
timbul tenggelam kehidupan
Berpusing-pusing aku, berpusing
berpusing-pusing tujuh keliling
dengan mata kelereng
mengancam tanpa ekspresi
Bandrol-bandrol di lehernya
menunjukkan harga
makjang
Jakarta, 11--13 Maret 1995
RAJAWALI
Setelah menyongsong badai
Rajawali bertapa
Di puncak gunung yang tinggi.
Yang ingin bertahan jaya.
Dalam melewati sebuah perubahan
membebaskan diri dari segala kenangan.
Berguru pada masa lalu
Melangkah ke masa depan
Menuju ke kemenangan.
Mematuki batu-batu
Mencabuti kuku-kuku
Merontokkan bulu-bulu
Rajawali mengembara
Menjadi raja di angkasa raya.
Adalah sayap rajawali
Mata yang tajam
Adalah mata rajawali.
Menyongsong badai
Rajawali mengembara
Menjadi saja di angkasa raya.
Jakarta, 6 Juni 2014
Tentang Penyair
JOSE RIZAL MANUA lahir pada tanggal 14 September 1954 di Padang, Sumatera Barat. Ia adalah seorang pujangga sekaligus pendiri Teater TanahAir, yang meraih juara pertama pada Festival Teater Anak-anak Dunia ke-9 di Lingen, Jerman, pada tanggal 14--22 Juli 2006. Selain itu, ia juga adalah seorang pemeran dan pengisi suara dalam beberapa film. Pada tahun 2011, Jose menjadi salah satu juri dalam Festival Teater SLTA Se-Jabodetabek yang berlangsung di GRJS Bulungan, Jakarta Selatan.
Sumber tulisan: Puisi-Puisi MUNSI: Puisi-puisi karya penyair MUNSI INI -- 2016
Sumber foto penyair: Facebook
Sumber ilustrasi: Pixabay
0 comments:
Post a Comment