Oleh Tajuddin Noor
Ganie
Fenomena Sastra Pers
Selama kurun waktu 1945--1949, pelampiasan gairah
bersastra di Kalsel didukung oleh 15 buah koran/majalah yang membuka rubrik
sastra secara berkala, yakni.
1. SK Suara
Hulu Sungai Kandangan, 1945--1950
2. SK Sama
Rata Kandangan, 1946
3. SK Islam
Berjuang Banjarmasin, 1946--1947
4. SK Terompet
Rakyat Amuntai, 1947
5. Majalah Pawana
Rantau, 1947
6. Majalah Pedoman
Putri Kandangan, 1947
7. SK Berita
Merdeka Banjarmasin, 1947
8. SK Kedaulatan
Rakyat Banjarmasin, 1947
9. SK Fajar
Timur Banjarmasin, 1947
10. SK Waspada
Banjarmasin, 1947
11. SK Nyata
Banjarmasin, 1947
12. Majalah Piala
Kandangan, 1947
13. Majalah Remaja
Banjarmasin, 1948
14. Majalah Tekad
Banjarmasin, 1948
15. Majalah Jantung
Indonesia Kandangan, 1948
Koran/majalah di atas, tanpa kecuali, secara langsung maupun tidak langsung telah menciptakan situasi yang kondusif bagi lahirnya kelompok sastrawan Kalsel generasi perintis zaman orde lama 1945—1949. Karya sastra yang ditulis dan dipublikasikan di berbagai koran dan majalah ketika itu, secara tematis, selaras dengan semangat zaman yang khas kurun waktu 1945—1949, yakni mengungkapkan keinginan luhur segenap anak bangsa untuk memiliki tanah air yang merdeka, bebas dari belenggu pemerintah kolonial Belanda.
Namun, pendekatan keamanan yang begitu refresif membuat sastrawan Kalsel sezaman menjadi tidak leluasa dalam melakukan proses kreatifnya sebagai penulis karya sastra. Berkaitan dengan publikasi puisi subversif Ramli Rais berjudul Jihad (1948), Petugas PID Belanda kemudian melakukan pembriedelan atas Majalah Pawana Rantau.
Kasus yang sama juga dialami oleh Majalah Jantung Indonesia Kandangan (1949). Majalah milik Artum Artha ini juga dibriedel karena telah memuat cerpen subversif karangan Masdhan Rozhany berjudul Gara Gara si Rambut Panjang di Munggu Raya.
Pada tahun 1946, Merayu Sukma yang ketika itu
sudah tinggal di Malang menerbitkan majalah khusus sastra Sastrawan di Malang. Boleh jadi inilah majalah khsusus sastra yang
pertama kali diterbitkan orang di tanah air kita.
Fenomena Sastra Buku
Antologi Puisi Pribadi
Jiwa Merdeka, Merayu Sukma, 1946. Malang : Penerbit Sumi.
Jiwa Merdeka merupakan antologi puisi pribadi pertama yang berhasil diterbitkan oleh seorang sastrawan Kalsel di luar daerah.
Roman/Novel
1. Di
Lereng Hayat, Merayu Sukma,
1945. Medan : Penerbit Cerdas
2. Dalam
Gelombang Darah, Merayu
Sukma, 1946
3. Gema
Dari Menara, Merayu Sukma,
1946
4. Pahlawan
Pedih, Merayu Sukma, 1946.
Penerbit Usaha Merdeka
5. Menurutkan
Jejak di Padang Pasir,
Merayu Sukma, 1948
6. Jurang
Meminta Kurban, Merayu
Sukma, 1949. Medan : Penerbit Cerdas
7. Kawin
Cita Cita, Merayu Sukma, 1949. Penerbit Sinar Harapan
8. Mariati
Wanita Ajaib, Merayu Sukma,
1949. Medan : Penerbit Cerdas
Berdasarkan catatan di atas, Merayu Sukma merupakan satu-satunya sastrawan Kalsel yang berhasil menerbitkan roman/novelnya pada kurun waktu 1945--1949. Merayu Sukma sendiri adalah sastrawan Kalsel generasi perintis zaman kolonial Belanda 1930-1942, bukan sastrawan Kalsel sezaman 1945--1949.
Semua roman yang ditulisnya laku keras di
pasaran buku nasional (selalu best seller). Terbukti, beberapa judul di
antaranya langsung dicetak ulang tak lama setelah cetakan pertamanya diedarkan
ke pasar buku di seluruh pelosok tanah air. Seiring dengan reputasi yang
semakin mantap sebagai seorang pengarang roman/novel yang terkemuka pada
zamannya, maka Merayu Sukma pada tahun 1945, memilih pindah dari Banjarmasin ke
Malang.
Elite Sastrawan
Berdasarkan bahan-bahan yang berhasil dikumpulkan oleh Tim Puskajimastra Kalsel Banjarmasin diketahui bahwa elite sastrawan Kalsel generasi perintis zaman orde lama 1945—1949 ada sebanyak 6 orang, yakni.
1. Aam Niu
(Anang Abdul Muin)
2. Gusti
Solichin Hasan
3. Masdhan
Rozhany
4. Mugeni
Japri
5. Ramli
Rais
6. Soefyani
Aspar Iming
0 comments:
Post a Comment