Tanah Airku
I
Atas hamparan Samudera Hindia
Bertaburan pulau hijau semilau,
Diempasi ombak karang pantainya,
Itulah gerangan Tanah Airku.
Di situ daku dilahirkan Ibu,
Di situ tertumpah darah ke bumi,
Di situ daku menanti maut,
Di situ daku nanti berkubur.
Putuslah janji dalam hatiku,
Akan berjihad selama hayat
Untuk membela tanah tercinta,
tempat diri berutang budi
terikrar sudah sumpah setia,
Akan berbakti sampaikan mati,
Buat mengangkat tanah ulayat,
Ke puncak menara bahagia raya.
ІІ
Di mana sawah membujur luas,
Serta ladang terbentang panjang,
Tempat petani menanam padi,
Indonesia Tanah Airku.
Di mana laut apas terpagar,
Serta danau berair tenang,
tempat nelayan mengail ikan,
Indonesia Tanah Airku.
Di mana luasnya rimba belantara,
Serta hutan hijau berdandan,
tempat peladang menebang kayu,
Indonesia Tanah Airku
Di mana sawah membujur luas,
Serta ladang terbentang panjang,
Tempat petani menanam padi,
Indonesia Tanah Airku.
Di mana laut apas terpagar,
Serta danau berair tenang,
tempat nelayan mengail ikan,
Indonesia Tanah Airku.
Di mana luasnya rimba belantara,
Serta hutan hijau berdandan,
tempat peladang menebang kayu,
Indonesia Tanah Airku
Menyesal
Pagiku hilang sudah melayang,
Hari mudaku sudah pergi
Kini petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Hari mudaku sudah pergi
Kini petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di hari pagi
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, miskin harta
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, miskin harta
Ah, apa guna
kusesalkan
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma
kusesalkan
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma
Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di hari pagi
Menuju arah padang bakti.
Atur barisan di hari pagi
Menuju arah padang bakti.
Untuk Bersama
Biar hujan tidak turun,
Kalau hanya menyirami ladangku,
Biar tak ngembng sekar suhun,
Kalau hanya di tamanku.
Kalau hanya menyirami ladangku,
Biar tak ngembng sekar suhun,
Kalau hanya di tamanku.
Biar purnama tidak terbit,
Jika tidak bersama korongku,
Apalah guna bulan sabit,
Jika tak menyuluh seluruh negeriku.
Jika tidak bersama korongku,
Apalah guna bulan sabit,
Jika tak menyuluh seluruh negeriku.
Dimanakan (bagaimana) dapat mengecap nikmat,
Jika tidak bersama korongku,
Dimanakan (bagaimana) bisa merasa rahmat,
Jika tetangga sengsara selalu.
Jika tidak bersama korongku,
Dimanakan (bagaimana) bisa merasa rahmat,
Jika tetangga sengsara selalu.
Baru damai jiwaku, diri,
Waktu lah senang rakyat bangsaku,
Di situ dapat bagia sejati,
Dalam kemuliaan Tanah Airku.
Waktu lah senang rakyat bangsaku,
Di situ dapat bagia sejati,
Dalam kemuliaan Tanah Airku.
Aku berjihad untuk bersama,
Untuk kemakmuran Tumpah Darahku,
Biar kukorban segala yang ada.
Buat pembangkit syiar Wathanku.
Untuk kemakmuran Tumpah Darahku,
Biar kukorban segala yang ada.
Buat pembangkit syiar Wathanku.
Rela badanku hancur binasa,
Tulang berderai di dalam kubur,
Asal selamat umat berjuta,
Serta negeriku jadi masyhur.
Tulang berderai di dalam kubur,
Asal selamat umat berjuta,
Serta negeriku jadi masyhur.
Mulia negeri, bahagia bangsa,
Tujuanku dalam perjuangan,
Menghidupkan semarak Agama,
Itulah maksudku, gerangan.
Tujuanku dalam perjuangan,
Menghidupkan semarak Agama,
Itulah maksudku, gerangan.
Sumber: Rangkuman Kesuma (Kumpulan yang tidak terbit) lewat Pujangga Baru (Pustaka Jaya, 1963)
Sekilas tentang Penyair
ALI HASJMY nama lahir Muhammad Ali Hasyim alias Al Hariry, Asmara Hakiki dan Aria Hadiningsun lahir di Idi Tunong, Aceh, 28 Maret 1914 adalah sastrawan, ulama, dan tokoh daerah Aceh. Sebagai sastrawan, ia telah menerbitkan 18 karya sastra, 5 terjemahan, dan 20 karya tulis lainnya. la wafat 18 Januari 1998 pada umur 83 tahun.
-----------------------------------------------
Sumber tulisan: Lautan Waktu (Sepilihan Puisi Klasik Indonesia)
Sumber foto: Arsip pribadi
0 comments:
Post a Comment