SAUDARAKU
Saudaraku. Bilamana perang usai
dan orang Barat itu
bersorak-sorai
Mengenang mereka yang jalan
memuja sejumlah pahlawan
Jangan bagi mereka kau ikut menyanyi
jangan tertawakan yang malang perang
Berlututlah, heninglah
seperti saya
dengan jantung luka
meneteskan duka
untuk mereka
yang tiada
dan orang Barat itu
bersorak-sorai
Mengenang mereka yang jalan
memuja sejumlah pahlawan
Jangan bagi mereka kau ikut menyanyi
jangan tertawakan yang malang perang
Berlututlah, heninglah
seperti saya
dengan jantung luka
meneteskan duka
untuk mereka
yang tiada
Saudara.'Bila yang pergi perang
pulang ke kampung halaman
Terhuyung-huyung, lalu terjerembab
dalam dekapan
sahabat paling dekat
Karena serasa tak ada lagi
tempat berbagi
kecuali bayang-bayang
yang mati
***
Saudara. Bila yang pulangbalik berladang
San seusai perjalanan jauh
menegakkan pondoknya
yang kena kanon dan rubuh
Kincir air pun mengering
Tempat berteduh runtuh
Dan tak ada yang ditinggalkan musuh
Tak ada benih
Tak ada lagi yang tumbuh
Kecuali tumpukan tubuh
Yang dibunuh
***
Saudara. Apa yang sudah laluapa lagi akan disesalkan
karena di dalamnya kita berperan
Bencana di mana-mana
tak terelakkan
Jangan mengaduh. Tak ada
orang sedia
mendengar kita
Mari kita pergi
bawa cangkul dan linggis
kita masukkan ke bumi
kawan-kawan kita yang mati
***
Saudara. Siapa kita iniTanpa negeri
tanpa penghuni
tanpa tetangga?
Setiap tertidur dan terjaga
Corengan di kening ini
Kita pasang lagi
Tercium bau busuk dunia
Seperti aroma jenazah
Kawan-kawan kita
Mari kita pergi
Bawa cangkul dan linggis
Kita masukkan ke bumi
Mereka dan kita
Yang masih hidup ini.
(Terjemahan Abdul Hadi W.M.)
Tentang Penyair
Mikhail Nu'ayamah. Pelopor sastra Arab modern, lahir di Libanon pada tahun 1899 dan mendapat pendidikan di Nazareth, Palestina. Dia pernah belajar hukum di Universitas Washington, AS.
-----------------------------------------------------------
Sumber tulisan: Kembang Para Syuhada
Sumber ilustrasi: Pixabay
0 comments:
Post a Comment