IA MUNCUL
Ia muncul di muka pintu
seperti kembang sepatu membasuh warna merahnya
di bawah matahari
"Tak ada korban hari ini
Kecuali anarki yang tertembak mati!
Dilekapnya percik-percik darah
di bajunya
Ditatapnya koran pagi
”Kebohongan adalah satu-satunya
tempat
berdiri hari ini”
Dibacanya: "Hanya ketakutan
yang tak bisa dihukum mati”.
1978
ELEGI I
Di sorga: ada juga derita
Ketika keranda-keranda putih
Dalam gelap gulita
Ditarik kereta berkuda
Ke sungai perak
Ruh-ruh pun terbang
Pulang ke sarang senja
Dan matahari pucat
Tuhan berdiri
Di tepi telaga darah
Dan pada nisan seorang Gembala
Tertulis berita:
Di padang Kerbela
Telah terbunuh Hasan dan Husein
Dengan lidah terulur ke tanah
Dan tubuh yang remuk
Tuhan berduka
Memandang bumi yang jelaga
Di mana Adam telah buas seketika
Dan Hawa melahirkan anak-anak cacat muka:
Muhammad, Muhammad!
1971
BAITIL MAKDIS PADA MALAM ISRAK
Kita tunggu gemintang, mengerdipkan matanya lembut
Kita tunggu angin mencegah arusnya kencang
suara laut di bawah benua dan cuaca
yang membersihkan tanah-tanah di dataran Palestina
dan sejuta suara bagai lonceng berdentang ramai
di masjid itu, suara para nabi. Terasa waktu
menanti cuaca tiba
Kita tunggu angin mencegah arusnya kencang
suara laut di bawah benua dan cuaca
yang membersihkan tanah-tanah di dataran Palestina
dan sejuta suara bagai lonceng berdentang ramai
di masjid itu, suara para nabi. Terasa waktu
menanti cuaca tiba
Apakah yang bakal terjadi
di benua kita?
di jazirah hitam ini
di mana para rasul dan nabi
diburu dan dibunuh
oleh orang-orang kerdil
dari benua tengah?
Muhammad! Lempangkanlah jalan kami
yang dahulu
(Gaib arwah rasul dan nabi mengucap
salam
waktu shalat selesai) dan di relung jagat
yang risau
kerdip gemintang memutih
sampai juga ke negeri masyrik
waktu shalat selesai) dan di relung jagat
yang risau
kerdip gemintang memutih
sampai juga ke negeri masyrik
1970
ELEGI
Musuh-musuhku, namun sahabat-sahabat setiaku juga
saban kali datang
melukaiku dan kemudian menyembuhkan:
"Mari kita bangun jembatan!", dan kami pun
Segera membangun jembatan dan runtuh juga
saban kali datang
melukaiku dan kemudian menyembuhkan:
"Mari kita bangun jembatan!", dan kami pun
Segera membangun jembatan dan runtuh juga
Mereka tak tahu dan aku sudah lupa
Saban kali mereka datang
menanamkan cakar dan mencampakkan barang-barangku:
piring, kursi, meja makan, sajak-sajak
kesempatan dan keleluasaanku
Saban kali mereka datang
menanamkan cakar dan mencampakkan barang-barangku:
piring, kursi, meja makan, sajak-sajak
kesempatan dan keleluasaanku
Aku mengira
mereka dapat mengenyahkan jejak dan kebebasanku
seperti aku mengira mereka pun dapat
mengenyahkan kecemasan mereka sendiri
kengerian mereka sendiri
mereka dapat mengenyahkan jejak dan kebebasanku
seperti aku mengira mereka pun dapat
mengenyahkan kecemasan mereka sendiri
kengerian mereka sendiri
Ke manakah kemudian mereka
pergi, bersembunyi
atau menyelamatkan diri?
Begitu banyak semak-semak dan gua
dalam lubuk hatiku, seperti dalam lubuk hati mereka
hingga sering
aku sendiri tak mengetahuinya
dan tak sempat mengetahuinya
pergi, bersembunyi
atau menyelamatkan diri?
Begitu banyak semak-semak dan gua
dalam lubuk hatiku, seperti dalam lubuk hati mereka
hingga sering
aku sendiri tak mengetahuinya
dan tak sempat mengetahuinya
Dan bagaimana kalau mereka temukan
parang yang kuasah diam-diam lebih berkilauan
dan geraham-geraham tak henti-hentinya
geram dan lebih leluasa bergerak?
Aku katakan: Aku bebas sekalipun kalian ingin membunuhku
Aku bebas sekalipun kalian mengepung dan memburuku
Aku bebas karena pedih dan kepedihan membebaskan aku
Tapi mereka seperti aku adalah pencinta busuk
yang tak pernah memberi tempat kepada cinta dan pencinta
Dan seperti aku pula mereka adalah pemburu kekosongan
parang yang kuasah diam-diam lebih berkilauan
dan geraham-geraham tak henti-hentinya
geram dan lebih leluasa bergerak?
Aku katakan: Aku bebas sekalipun kalian ingin membunuhku
Aku bebas sekalipun kalian mengepung dan memburuku
Aku bebas karena pedih dan kepedihan membebaskan aku
Tapi mereka seperti aku adalah pencinta busuk
yang tak pernah memberi tempat kepada cinta dan pencinta
Dan seperti aku pula mereka adalah pemburu kekosongan
dan kesia-siaan
Mereka ingin membunuhku karena mereka rasa aku ingin
membunuh mereka
Aku ingin membunuh mereka karena aku rasa mereka ingin
membunuhku
Mari kita tolong mereka, mari kita tolong diri kita.
Mereka ingin membunuhku karena mereka rasa aku ingin
membunuh mereka
Aku ingin membunuh mereka karena aku rasa mereka ingin
membunuhku
Mari kita tolong mereka, mari kita tolong diri kita.
1980
Tentang Penyair
Abdul Hadi W.M. Lahir di Sumenep, Madura. Banyak menerjemahkan karya penyair sufi, seperti karya Rumi dan Iqbal. Pada tahun 1979 memperoleh Anugerah Seni dari Pemerintah RI dan pada tahun 1985 memperoleh Hadiah Sastra ASEAN dari Ratu Sirikit di Bangkok. Anggota Dewan Kesenian Jakarta, dan banyak menulis esai dan cerita anak-anak.
--------------------------------------------------------
Sumber tulisan: Kembang Para Syuhada
Sumber ilustrasi: Pixabay
0 comments:
Post a Comment