KIM IL SUNG DI SUNGAI AMNOK
Tidak ada angin yang tidur
kecuali heroisme yang sumpek di antara
rumput-rumput yang terjepit oleh salju
kecuali heroisme yang sumpek di antara
rumput-rumput yang terjepit oleh salju
Lalu kita berpikir sementara pilar-pilar batu
menghimpit kepala
Lalu gadis itu memamerkan cintanya dengan
kegagahan seorang tentara
Lalu ia terbunuh, kita tak sempat memakamkannya
menghimpit kepala
Lalu gadis itu memamerkan cintanya dengan
kegagahan seorang tentara
Lalu ia terbunuh, kita tak sempat memakamkannya
Tapi, maaf, lagu itu hanya bisa kuungkapkan sepatah
Sebab patriotisme tak bakal lepas dari kecengengan
Sebab patriotisme tak bakal lepas dari kecengengan
230300
DI PELIPISMU AKU MENGASAH
RINDU
Di pelipismu aku mengasah rindu
Kau harus kubunuh malam ini juga
Kau harus kubunuh malam ini juga
Malam terang bulan
Maling-maling pada keluar menjemput buruannya
Aku keluar memaling kekasihku dari ajalnya
Maling-maling pada keluar menjemput buruannya
Aku keluar memaling kekasihku dari ajalnya
Aku membunuhmu hidup-hidup di hidupku
Luka yang rembes seperti mata air baru nemu
Sakit yang luruh pada lebar tawa
Mati yang lebur pada hidup luas menganga
Menggigil: "Kasihku, aku ingin terbakar api cemburu
selamanya!"
191208
Tentang Penyair
M. Nahdiansyah Abdi. Lahir di Barabai, Kalimantan Selatan. Tahun 1998 berkesempatan ke Jogjakarta, hingga tahun 2003. Menamatkan pendidikan di fakultas Psikologi UGM.
Karya puisinya dimuat di media massa dan beberapa antologi puisi bersama. Antologi-antologi puisi bersama yang memuat karyanya antara lain,
1. Bumi Menggerutu (Kilang Sastra Batu Karaha
Banjarbaru, 2005)
2. Melayat Langit (Kilang Sastra Batu Karaha
Banjarbaru, 2006)
3. Kau Tidak akan Pernah Tahu Rahasia Sedih tak Bersebab (antologi pemenang lomba pada Aruh Sastra Kalsel III, Kotabaru, 2006)
4. Jejak-Jejak Angin (Olongia, Yogyakarta, 2007) bersama Hajriansyah.
5. Kugadaikan Luka (Kilang Sastra Batu Karaha
Banjarbaru, 2007)
6. Darah Penanda (Antologi pemenang lomba menulis puisi bertema lokalitas, Dewan Kesenian Kota Banjarbaru, 2008)
7. Malaikat Hutan Bakau (Kilang Sastra Batu Karaha Banjarbaru, 2008)
8. Bertahan di Bukit Akhir (KSI Hulu Sungai Tengah, 2008)
9. Tarian Cahaya di Bumi Sanggam (Aruh Sastra Kalsel V, Balangan, 2008)
10. Wajah Deportan (Teras Puitika, 2009), dan
11. Menggoda Kehidupan (KSBK, Banjarbaru, 2009).
1. Bumi Menggerutu (Kilang Sastra Batu Karaha
Banjarbaru, 2005)
2. Melayat Langit (Kilang Sastra Batu Karaha
Banjarbaru, 2006)
3. Kau Tidak akan Pernah Tahu Rahasia Sedih tak Bersebab (antologi pemenang lomba pada Aruh Sastra Kalsel III, Kotabaru, 2006)
4. Jejak-Jejak Angin (Olongia, Yogyakarta, 2007) bersama Hajriansyah.
5. Kugadaikan Luka (Kilang Sastra Batu Karaha
Banjarbaru, 2007)
6. Darah Penanda (Antologi pemenang lomba menulis puisi bertema lokalitas, Dewan Kesenian Kota Banjarbaru, 2008)
7. Malaikat Hutan Bakau (Kilang Sastra Batu Karaha Banjarbaru, 2008)
8. Bertahan di Bukit Akhir (KSI Hulu Sungai Tengah, 2008)
9. Tarian Cahaya di Bumi Sanggam (Aruh Sastra Kalsel V, Balangan, 2008)
10. Wajah Deportan (Teras Puitika, 2009), dan
11. Menggoda Kehidupan (KSBK, Banjarbaru, 2009).
Antologi puisi tunggalnya, semisal "Parodi tentang Orang yang Ingin Bunuh Diri dengan Pistol Air" (Tahura Media, Banjarmasin, 2008).
----------------------------------------------------------------------
Sumber tulisan: Pewaris Tunggal Istana Pasir
Sumber foto: arsip pribadi
0 comments:
Post a Comment