Dua helai purun berujung runcing tepat
membelah purnama
Rawa membentangkan sayapnya bagi makhluk -makhluk malam
Awan merah dan hitam
Angin bersiut-siutan
Membawa udara basah dan sisa gerimis
membelah purnama
Rawa membentangkan sayapnya bagi makhluk -makhluk malam
Awan merah dan hitam
Angin bersiut-siutan
Membawa udara basah dan sisa gerimis
Lampu di pondok berkelip-kelip
Angin bersiut-siutan
Inilah Negeri Antu Banyu
Yang membentang sepanjang bantaran sungai
Yang terselip di atas lanting dan tiang-tiang
jerambah
Di manakah engkau bersembunyi wahai "Siamang
Ayek"
Dengan rambut hitam licin berlumut
Serta mulut berbau amis,
Dua helai purun berujung runcing membelah
malam
Membelah mimpi kaum pinggiran
Tentang Antu Banyu yang tak pernah muncul lagi
Lalu ke manakah makhluk pemakan ikan ini
bersembunyi?
Kabarnya ia telah pindah ke kolam kaum urban
Dan menjadi sajian di Televisi
"Mati..kau.?..
Antu Banyu dimakan Televisi ?”
Mei 2010
Tentang Penyair
M. Iqbal J. Permana lahir di Manna, Bengkulu. Menulis karya sastra sejak SMP. Di samping menulis sastra, sejak SMP hingga mahasiswa dia aktif di teater mengikuti pementasan panggung, pantomim dan televisi. Selain itu, sempat juga menulis naskah drama remaja di TVRI Palembang.
-------------------------------------------------------
Sumber tulisan: Akulah Musi
Sumber ilustrasi: Pixabay
Sumber tulisan: Akulah Musi
Sumber ilustrasi: Pixabay
0 comments:
Post a Comment