KONTAMINASI
di dalam rahimnya bergolak janin puisi
yang menebar kerancuan dan bahkan keracunan polusi
ia meratap dan menangis: pertiwi! pertiwi!
ia tak mau menelan nasi, sebab tragedi itu terjadi
dan orangorang nyaris terprovokasi oleh alusi:
ini bukan ilusi! bukan imajinasi!
doa bersayap cinta terus mengangkasa
menembus cakrawala di batas senja:
ampunilah kiranya! ampunilah segalanya!
kota beradat, september 2010
: jiwajiwa yang lengang
orangorang mendulang mas di air keruh sungai dalam diri
mengayak butirbutir pasir berkilau
legam tepanggang matahari:
o, matahati!
teronggok kaku dalam kebisuan
riak dan ombak tak lelah menjulurkan lidah
menggerus tebingtebing dan dinding hatimu:
o, matabatin!
angin lalu
kelebat bayangmu
mengendap di kedalaman sajak:
o, isak itu!
kota beradat, september 2010
PINANGAN, SEBUAH KENANGAN
yang ditulis dengan tetesan airmata jatuh membasahi kertas
dan tinta biru persis di atas tandatangan itu pun leleh.
'ayahmu sudah renta. tak sanggup menyeberangi samudera
tak sanggup didera kemelut hidup'
begitulah risalah awal perjalanan penuh debar
melamarmu duhai juwitaku. tahukah kamu, di dalam surat itu
penuh riwayat dan biografi yang membatu? bantulah aku
memaknai geriap angin lalu menyeret rindu:
'kupinang kamu dengan linang layang bertinta biru'
kenakanlah jika engkau menerima adaku
cukuplah kerabat dekat dan tetangga sebelah
bukankah sebuah pernikahan sejatinya muara dua jiwa saja?'
engkau menunduk, mengangguk, lalu kita saling peluk
'aku terima nikahmu dengan mas kawin seperangkat alat sholat tunai
dan akan kugadaikan cinta bersetia hanya padamu kasihku'
setelah maskawin diterima dan dinyatakan sah :
'dik, sehabis mudik kita tuntaskan perhelatan
dan pergulatan di taman kehidupan'
bengkel puisi swadaya mandiri, 2010
YESSIKA & GREEZ
wajah-Nya fresh bersama mencairnya kutub utara
aroma parfum tercium dari gerakgerik yang berdetik dalam ikatan masa
waktu bertemu, berkasih sayang setiap waktu
'mari kembali berjalan di pematang sawah
menggiring lenguh kerbau dan bebekbebek
kembali masuk ke dalam selokan
mengenal aneka macam kelokan
dan mengabadikan keelokan'
tak lelah memandang langit
menikmati riak dan ombak zaman
meneriakikan jeritan burung gagak
melepas merpati terbang tinggi:
menembus cakrawala Cinta!
bengkel puisi swadaya mandiri, 2010
YESSIKA
lampu neon dan mercury berpijar di bengkel puisi swadaya mandiri
'mas', bisiknya manja, 'aku perlu sebuah puisi yang bernilai abadi'
yessika duduk diaduk rasa gelisah. matanya berkaca di cerlang cahaya
aku menangkap nuansa yang begitu memesona
sepuluh jemariku pun terulur ke atas keyboard
tuth tuth huruf hidup dan isyarat maut berebut minta dituliskan
jemariku ekstase sendiri. menghitung ruas dan batas
antara ada dan tiada
menarik segala kekuatan cinta
menanamkannya di kedalamanan puisi
menyuburkan gelora di dada!
bengkel puisi swadaya mandiri, 2010
Lebih Dekat dengan Dimas Arika Mihardja
Dimas Arika Mihardja adalah pseudonim Sudaryono, lahir di Jogjakarta 3 Juli 1959. Tahun 1985 hijrah ke Jambi menjadi dosen di Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Jambi. Gelar Doktor diraihnya 2002 dengan disertasi “Pasemon dalam Wacana Puisi Indonesia” (telah dibukukan oleh Kelompok Studi Penulisan, 2003).
Sajak-sajaknya terangkum dalam antologi tunggal seperti “Sang Guru Sejati” (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 1991), “Malin Kundang” (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 1993), “Upacara Gerimis” (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 1994), “Potret Diri” (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri,1997), dan “Ketika Jarum Jam Leleh dan Lelah Berdetak” (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri danTelanai Printing Graft, 2003). Sajak-sajaknya juga dipublikasikan oleh media massa lokal Sumatera: Jambi, Padang, Palembang, Lampung, Riau, dan Medan; media massa di Jawa: Surabaya, Malang, Semarang, Jogja, Bandung, dan Jakarta.
Antologi puisi bersama antara lain “Riak-riak Batanghari” (Teater Bohemian, 1988), “Nyanyian Kafilah” (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 1991), “Prosesi” (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 1992), “Percik Pesona 1 & 2” (Taman Budaya Jambi, 1992, 1993), “Serambi 1,2,3” (Teater Bohemian, 1991, 1992, 1993), “Rendezvous” (Orbit Poros Lampung (1993), “Jejak, Kumpulan Puisi Penyair Sumbagsel” (BKKNI-Taman Budaya Jambi, 1993), “Luka Liwa” (Teater Potlot Palembang, 1993), “Muaro” (Taman Budaya jambi 1994), “Pusaran Waktu” (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 1994), “Negeri Bayang-bayang” (Festival Seni Surabaya, 1996), “Mimbar Penyair Abad 21” (DKJ-TIM Jakarta, 1996), “Antologi Puisi Indonesia” (Angkasa Bandung, 1997), “Amsal Sebuah Patung: Antologi Borobudur Award” (Yayasan Gunungan Magelang, 1997), “Angkatan 2000 dalam Kesusastraan Indonesia” (Gramedia, 2000), “Kolaborasi Nusantara” (KPKPK-Gama Media, 2006), “Antologi Puisi Nusantara: 142 Penyair Menuju Bulan” (Kelompok Studi Sastra Banjarbaru, 2007), “Tanah Pilih” (Disbudpar Provinsi Jambi, 2008), “Jambi di Mata Sastrawan: Bungarampai Puisi” (Disbudpar Provinsi Jambi, 2009), "Lingua Franca" (Antologi Temu Sastrawan Indonesia III, Disbudpar Kepri, 2010), "Kitab Radja-Ratoe Alit: Antologi Puisi Alit Penyair Indonesia" (Kosakatakita, 2011), Antologi Fiksimini (Kosakatakita, 2011), "Danau Angsa" (Gramedia Pustaka Utama, 2011), "Akulah Musi" (Antologi Pertemuan Penyair Nusantara, Dewan Kesenian Sumsel, 2011), "Malay As World Heritage on Stage, Sound of Asia" (Korean-ASEAN Poets Literary Festival, 2011).
Novelnya “Catatan Harian Maya” dimuat secara bersambung di Harian Jambi Independent (2002). Cerpen, esai, dan kritik sastra yang ia tulis tersebar di berbagai media massa koran dan jurnal-jurnal ilmiah.
Dimas Arika Mihardja pernah diundang baca puisi di Taman Ismail Marzuki tahun 1996 dan tahun 2006. Sering diminta menjadi juri di bidang seni dan pemakalah di berbagai forum.
Jakarta International Literary Festival (JILFEST II) dilaksanakan di Hotel MIlenium Sirih, Jakarta Pusat 6-8 Desember 2011.
-------------------------------------------------------
Sumber tulisan: Tuas Media
Sumber ilustrasi: Pixabay
0 comments:
Post a Comment