Karya Sutarno Jayadhiatma
angin laut
dercak ombak
lumpur pesisir
telah bertahun-tahun menahan kegundahan
merambah hutan payau segara anakan
sisa legenda pulebahas dan nusakambangan
pucuk-pucuk daun nipah nampak begitu legam
terbungkus asap hitam yang tak pernah berhenti
terhembus cerobong kilang minyak
akar-akar bako pun nampak pucat mencengkeram
lumpur yang selalu berkilat limbah residu
yang tak terpedulikan
ikan-ikan yang tak mau mati
terpaksa melahap gumpalan aspal yang mengapung
di setiap celah ombak
akh, kita hanya bisa mengeluh
tak bisa mengaduh!
dercak ombak
lumpur pesisir
telah bertahun-tahun menahan kegundahan
merambah hutan payau segara anakan
sisa legenda pulebahas dan nusakambangan
pucuk-pucuk daun nipah nampak begitu legam
terbungkus asap hitam yang tak pernah berhenti
terhembus cerobong kilang minyak
akar-akar bako pun nampak pucat mencengkeram
lumpur yang selalu berkilat limbah residu
yang tak terpedulikan
ikan-ikan yang tak mau mati
terpaksa melahap gumpalan aspal yang mengapung
di setiap celah ombak
akh, kita hanya bisa mengeluh
tak bisa mengaduh!
Jojok, Desember, 1997.
Tentang Penyair
Sutarno Jayadhiatma. Lahir di Cilacap. Puisinya dimuat Suara Karya, Sinar Harapan, Mutiara, Swadesi, Kedaulatan Rakyat, Bernas, dan lain-lain. Tanah Persinggahan, Mencari Jejak, Antologi Puisi Jawa Tengah, Serayu adalah antologi yang memuat puisinya.
-------------------------------------------------------------
Sumber tulisan: Jentera Terkasa
Sumber ilustrasi: Pixabay
Sumber tulisan: Jentera Terkasa
Sumber ilustrasi: Pixabay
0 comments:
Post a Comment