: prologue de major
di dada puisi yang penuh sesak
muncul aneka suara, rupa, dan irama
suara-suara paling bermakna
merupa wajah pribadi bernurani
jadi irama yang bergejolak dalam sajak
muncul aneka suara, rupa, dan irama
suara-suara paling bermakna
merupa wajah pribadi bernurani
jadi irama yang bergejolak dalam sajak
di sini tak ada tuak yang tua, tak ada fatwa pujangga
yang mengudara ialah suara-suara aneka: rindu, pedih
cinta sebagai simalakama atau batu malin kundang
yang dikutuksumpahi adat kelakuan diri sendiri
yang mengudara ialah suara-suara aneka: rindu, pedih
cinta sebagai simalakama atau batu malin kundang
yang dikutuksumpahi adat kelakuan diri sendiri
di sini takkan ada wujud kesombongan yang purba
yang berwujud ialah saling merajut benang asah-asih-asuh
dan sesiapa yang berkeluh kesah akan memanen resah
sesiapa yang menyebar fitnah akan menuai sejarah
hitam peradaban
yang berwujud ialah saling merajut benang asah-asih-asuh
dan sesiapa yang berkeluh kesah akan memanen resah
sesiapa yang menyebar fitnah akan menuai sejarah
hitam peradaban
di sini tak ada konser dangdut
yang ada irama cinta kasih dan merpati putih--tak letih menembus langit
menyampaikan pesan-pesan wingit: suarakan bangsi kesangsianmu
suarakan gendang rebana gong lalu nang neng menuju ning hati
bernyanyi dalam qasidah cinta di kenduri airmata menghamba
menyampaikan pesan-pesan wingit: suarakan bangsi kesangsianmu
suarakan gendang rebana gong lalu nang neng menuju ning hati
bernyanyi dalam qasidah cinta di kenduri airmata menghamba
16/1/2012
--------------------------------------------------------------
Sumber puisi: Tuas Media
Sumber ilustrasi: Pixabay
0 comments:
Post a Comment